THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Rabu, 06 Januari 2010

ternyata salah mengenalmu

padahal kami belum resmi putus,tapi meita begitu mudahnya mengkhianati hubungan ini. aku sangat kecewa sekali terhadap apa yang dilakukannya padaku,dimana kata cinta yang sering diucapkannya kepdaku hampir setiap waktu,ternyata itu hanya dimulut manisnya saja. kudengar teriakan Fia dari teras memanggilku,segera kumasukkan baju yang belum sempat aku rapikan kedalam koper. "lama banget sih beres2nya ?!" omelnya begitu aku keluar dari rumah. "iya..sorry,aku minta maaf.."
"gue bakal kangen banget ama kamu ran" ujar fia sepanjang perjalanan. aku menepuk nepuk punggungnya. "cuma 3 tahun kok" jawabku. kupndangi langit biru yang seakan memberiku lambaian selamt jalan,sebenarnya aku juga tak mau meninggalkan kotaku yang banyak memberiku kenangan. tapi aku harus mengejar impianku setinggi langit,seperti langit di ats sana.

"meita gak ngantar kamu juga ?". aku menggeleng. "ya udah kamu hati2 ya disana !!" teriaknya.
mei,aku pergi ke bandung ya..maaf kalau aku selama ini gak pernah bisa beri kamu yg terbaik dalm cinta kita,aku masih sayang sama kamu meski kamu udah mengkhianati ku,aku cuma sedikit terluka. semoga kamu bahagia dengan yang lain..
kumatikan hp setelah pesan singkat itu terkirim,kurasakan pesawat yang kunaiki akan segera berangkat.
kupikir kamu setia mei,ternyata itu cuma dibibir saja. aku telah salah menilaimu.

pemuja rahasia ku bikin stres

Satu senyum darimu dapat hadirkan sejuta bahagia untukku karena semangatku tercipta dari senyummu. By Pemuja Rahasiamu.
Lagi-lagi Sila mendapatkan puisi indah dalam secarik kertas yang diselipkan dalam tasnya.
"Orang ini siapa sich? Kurang kerjaan banget nggak capek apa ciptain puisi untuk aku plus bikin aku penasaran melulu" ketus Sila dalam hati.
Setiap malam sebelum tidur dia harus diliputi rasa penasaran akan pemuja rahasianya dan membulatkan tekadnya untuk cari tahu sebelum keburu mati penasaran nggak ke langit nggak ke tanah bergaun putih terkatung-katung di udara, ketawa kayak nenek lampir. Lamunannya yang aneh menutup aktifitasnya untuk hari ini membawanya dalam tidur nyenyak.
Matahari bersinar cerah menemani harinya menuju sekolah. Penampilannya begitu perfect, satu hal yang membuat orang tak bisa lupa ma dia karena memiliki senyum yang maniezt dan wajahnya yang imoet membuat orang yang melihat gemes.
"Non! Ada cerita apalagi yang lo bawa dari rumah? Btw dapat puisi apalagi nich kemarin?" tanya Irva penuh penasaran.
"He'e nich aku dapat puisi lagi kemarin tapi aku dah mau cari tahu tu puisi dari siapa. Mau bantuin nggak?"
"Iyupz gw ikut bantuin. Siapa tau aja pemuja rahasia lo itu penunggu kelas ini!" cerocos Irva sambil cekikikan sendiri.
"Kamu itu mau bantuin atau cuma mau ngejek aja. Nggak lucu kalie dapat pemuja rahasia yang ternyata hantu kesasar nggak tahu mana pintu akherat mana pintu kelas" balas Sila yang cerewetnya minta ampun.
Sepanjang hari Sila cuma mengawasi tasnya dari kejauhan siapa tahu bisa ketemu ma si pemuja rahasia. Tiba-tiba Sila dan Irva kaget ketika melihat cleaning servis sekolahnya yang udah tua tapi sok ganteng itu menghampiri tas Sila dan menaruh secarik kertas. Melihat hal itu Irva tak dapat menahan tawa lagi sebaliknya Sila memasang muka yang paling masam yang pernah dilihat Irva dan hanya menambah cekikikan sahabatnya itu. Mereka berdua pun segera ke kantin.
"Gw salut ma lo Sil aki-aki aja kLEPek-kelepek ma lo!" ejek Irva.
"Udah dech nggak usah bahas masalah itu. Padahal aku kira yang nulis tu puisi Gabriel kek si jago basket yang jadi pujaan siswi-siswi di sekolah ini atau nggak si Randi ketua osis yang super keren eh malah dapat aki-aki"
Setelah menghabiskan makanan yang mereka pesan, mereka segera ke kelas untuk membaca puisi yang ada dalam tas Sila.
Senandung malam ini sangat menyenangkan. Lantunan musik mengiringi hari, pengganti sang kasih menanti hari indah menggapai semua mimpi. Ku pandangi langit malam menatap bintang namun hanya senyum diwajahmu yang membuat malam ini kan terus indah. Terima kasih telah memikirkanku tiap malam. By Pemuja Rahasiamu
Rasa kesal dihati Sila semakin menjadi-jadi. Yang ada dipikirannya sejuta makian untuk si aki-aki.
"Ir ntar temani aku nemuin tu aki-aki."
"Namanya Mang Darmo, Sil."
"Mo siapa kek namanya yang jelas ntar aku mau maki-maki dia."
Bel sekolah berbunyi menandakan usai sudah pelajaran untuk hari ini. Sila dan Irva segera menemui Mang Darmo sebelum dia pulang.
"Mang Darmo apa-apaan sih pakai acara ngasih aku puisi-puisi cinta?! Nggak liat umur banget"
"Non ini kenapa? Mang Darmo kagak pernah atuh neng kirim puisi buat neng Sila, kan dah ada anak bininya Mang Darmo."
"Trus ngapain Mang Darmo naruh sesuatu di tasnya aku?"
"Ooo...Yang itu toh, itu bukan dari Mang Darmo!" tiba-tiba ada suara nyerocos dari belakang.
Kaget bukan kepalang ternyata yang bicara itu Gabriel si jago basket sekolah yang juga salah satu pujaan Sila.
"Gabriel..! Sejak kapan disitu?"
"Dari tadi dengerin nona cantik ngomel-ngomel."
Pipi Sila langsung memerah dapat pujian dari cowok terpopuler.
"Ko' bengong Sil?"
"ah...Nggak..Yang naroh puisi itu kamu yach?"
"Iii... Jangan GR dulu, bukan aku kali yang buatin kamu puisi!"
Sila nampak kecewa padahal dah terlanjur senang.
"Mungkin belum saatnya kamu untuk tahu Pemuja Rahasia kamu itu siapa!"
Makin penasaran aja Sila sejak kejadian sepulang sekolah tadi. Sampai di rumah dia hanya mengurung diri di kamar menebak-nebak siapa pemuja rahasianya itu. Tiba-tiba ibunya memanggil.
"Sil ada kiriman bunga untuk kamu! Ibu taruh di kamar kamu."
"Dimana Ma? Silanya nggak liat."
"Ada di meja belajar kamu."
"Iya ma dah ketemu."
Dengan perasaan deg-degan Sila membuka pesan yang ada dalam amplop bunga tersebut.
Aku rasa sudah saatnya kamu tahu aku siapa sebelum kamu nuduh orang lagi. Aku tunggu kamu di taman jam 5.00 sore dan aku ha harap kamu nggak kecewa setelah ngeliat aku. Harus datang yach!
Ternyata ibunya telat memberi tahu Sila skrang dah hampir jam 5, dia pun segera bersiap-siap untuk ketemu si pemuja rahasianya itu.
Dari tadi Sila mencari-cari orang yang menurutnya adalah si pemuja rahasianya tapi tak ada satupun yang nyamperin.
Sila tersentak kaget ketika ada yang menepuk bahunya dari belakang.
"Hey Sil! Dah lama nunggu yach?"
"Ka...Kamu yah yang selalu ngirimin aku puisi?"
"Iya ni aku, si pemuja rahasiamu."
Sila kagum dengan sosok cute di depannya itu, melebihi Gabriel dan Randi. Sila tersadar trus dari mana org ini bisa tahu ma dia apalagi semenjak sekolah dia belum pernah ngeliat orang ini.
"Btw kita pernah ketemu dimana? Secara kayaknya kita nggak satu sekolahan trus bisa nebak seluruh kegiatan aku."
"Kamu emang nggak pernah liat aku secara cuma sore ini aku bisa nampakin diri"
"Maksud kamu??"
Sila melongo mendengar jawaban dari si pemujanya itu dan lebih herannya lagi ketika dia menatap org yang di depannya itu, kakinya ngamban nggak nyentuh tanah.
"Ha...Ha..Hantu!!!!"
Bruuuuk.... Tubuh Sila jatuh dari ranjangnya.
"Aduh...Sakit!!" keluh Sila sambil memegang bokongnya yang sakit.
"Huff.. Cuma mimpi..Aaaa...Telat..!!"

menuju baris terakhir

Ahad.
Aku tak mengerti apa yang ia katakan tentang apa yang ia sebut dengan sebuah kata-kata yang aneh. Sikapnya berubah sejak ia orang tuanya terlibat dalam sebuah perceraian. Aku tak pernah bisa untuk bersua dengannya lagi. Jika secara tak sengaja aku bertemu dengannya, maka ia akan segara menghindar dariku. Kini, ia menjadi sosok yang sangat berbeda dari temanku dulu, teman yang selalu bersama-sama dalam kegiatan apa pun dan di manapun. Pagi ini, hari Ahad, satu Minggu sejak perceraian orang tuanya dan sejak berubahnya sikapnya, ketika hendak pergi untuk acara latihan ekskul di sekolah aku merasakan sesuatu yang tak enak. Entah dari mana datangnya sebab-sebab ini, tapi entah mengapa perasaan ini terus menjalar dalam nadiku dan tak kuasa untuk mencegahnya. Akan tetapi, karena ini adalah acara latihan puncak sebelum lomba dan kebetulan aku adalah ketua tim, maka dengan berat hati kupaksakan untuk berangkat ke sekolah hari itu juga.
Senin.
Hari ini aku dan satu tim akan mengikuti perlombaan yang diadakan bapak Walikota dan sekolah kami terpilih untuk mewakili kecamatan dengan dua sekolah unggulan lainnya. Dengan aku sebagai ketua kelompok, maka tanggung jawab besar ada di pundakku untuk membawa tim kami agar menang dalam lomba ini. Nama sekolah kami bawa, begitu pesan bapak Kepala Sekolah sebelum kami berangkat. Dengan naik mobil sekolah, kami sepuluh orang segara berangkat, tapi tidak ada sahabatku yang selalu bersama. Ia mengundurkan diri sejak orang tuanya bercerai dan tidak pernah masuk kelas sejak saat itu. Sudah beberapa kali sekolah memanggilnya untuk sekolah, tapi ia tak menghiraukannya. Padahal ia adalah murid terpintar yang ada di sekolah, bahkan kalau boleh aku bilang satu Kotamadya tak ada yang bisa mengalahkan kepintarannya. Sahabatku, di mana engkau? Desahku. Aku terus memikirnya sahabatku dan tanpa aku sadari bis yang kami naiki oleng dan masuk ke dalam jurang. Aku tak sempat berbuat apa-apa. Kudengar teriakan minta tolong dari kawan-kawanku yang lain dan aku sendiri mungkin juga minta tolong. Tapi, entah mengapa aku tak ingat sama sekali. Dan, sesudah itu semuanya gelap, gelap, tak ada cahaya, aku tak dapat melihat.
Selasa.
Saat aku membuka mata, pertama yang aku lihat adalah langit-langit putih dan di sana, di sudut ruangan dapat kulihat sesosok yang selama ini kurindukan, sahabatku. Engkau datang untukku? Tanyaku, tapi suaraku tertahan di tenggorokan. Sialan, umpatku dalam hati. Tapi, kau seolah tahu apa yang aku katakan, engkau berdiri dari duduk dengan wajah yang super manis sejak perceraian orang tuamu dan mendekat ke arahku. Kau duduk di sampingku dan memandang ke arahku. Aku melihat air matamu keluar dan seolah kesedihan masih menyelimuti dirimu. Ingin aku hapus air matamu dan ku peluk dirimu, tapi lagi-lagi tubuhku kaku dan tak bisa berbuat apa-apa. Sialan, kataku dalam hatiku sekali lagi. Kau tiba-tiba mengelus rambutku dengan tanganmu dan betapa sejuk sentuhanmu. Tapi, tetap saja aku melihat air mata keluar dan menggenang di pipimu. Oh…sahabatku, apa yang terjadi padamu. Andai saja aku bisa meringankan bebanku. Katakan saja padaku, tapi tak ada suara yang keluar dari mulutku. Tuhan, Tuhan, tolong hambaMu ini, desahku lirih. Satu jam kau duduk dan diam saja di sampingku. Tiba-tiba kau kecup keningku dan berdiri seolah ingin pergi dariku. Aku mencoba memegang tanganmu, tapi tubuhku lagi-lagi kaku. Aku diam dan aku tiba-tiba kau menghilang. Aku berteriak dan kini aku bisa mendengar suaraku keluar dari mulutku. Tapi, kau telah tiada bersama dengan datangnya sinar putih yang sangat terang dan sangat menyilaukan mataku. Aku ingin menangis, tapi aku sadar, itu tak ada gunanya. Aku berteriak dan terus berteriak memanggil namamu, tapi kau tidak pernah datang kembali untuk menemuiku. Sahabat, apa yang terjadi padamu.
Rabu.
Hari ini sedikit demi sedikit aku bisa berbicara dan dapat melihat dengan jelas. Aku berharap kau hari ini datang kepadaku lagi dan aku berjanji aku akan menghiburmu dan tak akan membiarkan air mata keluar dari matamu lagi. Tapi, kau tak kunjung datang, duhai sahabatku. Akan tetapi, entah mengapa aku tak bisa mengerti kata-kata mereka yang mengatakan bahwa kau telah pergi jauh. Aku tak bisa menerima itu, kemarin kau datang padaku dan bahkan kau mengelus dan mengecup keningku. Aku coba jelaskan pada mereka, tapi mereka tetap mengatakan bahwa kau tidak pergi karen kemarin kau datang untukku. Aku ingin menghajar mereka, tapi aku tak bisa menggerakkan tubuhku, tubuhku masih sakit. Andai aku bisa bergerak akan aku hajar mereka, demi kau sahabatku. Tapi, apa dayaku saat ini. Dengan tubuh yang penuh luka, aku tak bisa berbuat apa-apa untuk membelamu. Untuk membelamu sahabat. Akan tetapi, aku terus berteriak dan teriak terus agar mereka pergi jauh dan tidak menggaguku lagi, aku tahu kau hanya ingin berdua denganku saja, bukan dengan mereka yang telah mengatakan kau telah meninggalkanku.
Kamis.
Hari ketigaku di rumah sakit ini dan kini tubuhku dapat digerakkan dengan sedikit. Aku ingin berlari, tapi mereka mencegahku, sahabat. Aku harus bersabar demi kau, ya aku akan turuti dulu kata mereka untuk mencari kau, untuk bertemu denganmu lagi. Tentu kau tak ingin melihatku dengan tubuh penuh luka dan aku tak ingin membuatmu sedih hanya melihat luka yang ada padaku. Aku harus sembuh. Aku makan apa saja yang mereka berikan dan bahkan aku minta lagi. Kau pasti akan tersenyum ketika mendengar ceritaku ini. Aku makan melebihi orang-orang dan tak ada sisa sama sekali ketika aku makan. Aku pun heran melihat seperti itu, tapi ini demi kesembuhanku dan demi bersua denganmu sahabat.
Jum’at.
Aku sudah bisa berjalan walau tak seberapa kuat pijakan kakiku. Dengan sekuat tenaga aku terus berjalan dan berjalan dan berteriak-teriak kegirangan. Aku melonjak ke sana ke sini dan aneh, aku bisa berlari. Mungkin ini karena aku makan banyak kemarin, sahabat. Aku terus berceloteh pada mereka yang mengatakan bahwa kau telah pergi, bahwa aku akan mencarimu ke manapun. Engkau pergi, sahabat, itu tak mungkin. Kau hanya sedih dan hanya aku yang bisa menghentikan kesedihanmu. Aku sembuh dan ini adalah keajaiban. Tak ada bekas luka di tubuhku dan aku menjadi sangat sehat saat ini. Aku akan menghiburmu dan kau pasti akan melupakan semua kesedihanmu. Aku akan melihat kau tersenyum padaku lagi dan pada dunia, janjiku.
Sabtu.
Hari ini aku sudah boleh pulang dari rumah sakit. Aku berharap kau akan menjemputku, tapi kau tak ada. Tak apa, aku pasti masih sedih karena perceraian orang tuamu. Tapi, mereka terus mengatakan bahwa kau telah pergi jauh. Aku tak percaya, aku tak percaya kau telah pergi dan tak memberi selamat jalan padaku, pada sahabat sejatimu. Aku datangi rumahmu, tapi kau tak ada. Aku datang ke sekolah, tapi kau juga tak ada. Oh… ya aku ingat, kau sangat suka memancin, maka aku datangi setiap pemancingan yang ada dan berharap kau ada diantara mereka, tapi aku tak juga menemukannmu. Di mana kau sahabat? Kataku perih. Aku pulang dan mereka akhirnya mengajakku untuk menjengukmu. Aku sangat senang dan ternyata mereka hanya ingin menggodaku dengan memberi tahu bahwa kau telah pergi jauh. Aku terus tersenyum karena akan bersua dengan senyummu lagi. Tapi, kenapa aku dibawa ke sini? Ada apa denganmu sahabat? Mereka menunjukkan satu gundukan tanah dan di sana tertera namamu. Aku menangis, apakah ini kau sahabat. Ingin aku gali makam ini, tapi aku tak bisa merusak tempat ini. Hari ini, aku sadar, kau sedang tersenyum entah di mana dan apakah kau datang pada waktu itu untuk mengucapkan selamat tinggal padaku? Aku terus menangis dan mereka telah pergi, tinggal aku dan kau sahabat. Di sini, di tempat ini adalah tanda persahaban kita tak akan pernah habis. Aku ingin mengatakan, inilah baris terakhir yang dapat aku ceritakan pada kalian. Aku tak tahu apa yang selanjutnya, yang kuingat hanya teriakan mereka yang memanggil namaku diantara makam-makam sambil berlari. Di baris terakhir aku tertidur di makam itu dan menunggu sahabatku datang.

keputusan

sepasang muda-mudi yang menjalin kisah asmara. mereka selalu berjalan beriring, tak terfikirkan oleh masalah yang biasanya terjadi dalam suatu hubungan yang lebih dari sekedar pertemanan. istilah 'DUNIA SERASA MILIK BERDUA' mereka hapus jauh2 dari dlm benak mereka. Walaupun Mereka memiliki sifat yang berbeda, sang cowok berpendapat bahwa ceweknya yang bernama Lisa itu gampang alsan, suka bohong, tapi sangat tabah dalam menjalani hidupnya yg mungkin berantakan karna kedua orang tuanya bercerai dikala masih kecil. Namun Lisa jg memiliki pendapat bahwa cowoknya, Dira itu Egois,Posesif dan cemburuan, dibalik ke-Playboian-nya dia memiliki sifat gampang tak tega pada siapapun, selalu menolong tanpa memandang kasta. Suatu waktu, mereka dilanda sebuah isu bahwa Lisa memiliki cowok simpanan di Sekolahnya, karna sekolah mereka berdua berbeda, mereka hanya bisa saling percaya. tapi Karna sudah menjadi sifat Dira yang sangat cemburuan, dia memulai perang dingin dgn Lisa. Lisa tetap sabar dan mencoba menjelaskan bahwa itu hanya isu belaka. "Namanya keras kepala, kalau dikasih hati pasti tetep aja" seru Lisa. dengan ketusnya Dira menjawab " Alah,,, alesan aja bisanya. kenapa sih setiap ada Cowok yg dketin kamu. eh direspon juga ! gini ni jadinya, dia cari kesempatan buat dapetin kamu." Lisa membalas " Ya udah lah drpd brantem terus aku pulang aja, lagian aku juga disini kamu cuekin ". Lisa Pulang, hingga di tengah jalan, dia tertabrak dan dia menjadi pendiam setelah dirawat dirumah sakit.Namun DIra tidak tau sm skali bahwa Lisa d Rumah sakit. Dira telpon ga' pernah di angkat,Sms ga' di BAles. Lama2 Dira jadi bosen, trus cerita ke teman2nya tentang semua hal yang terjadi. tiba2 teman dira yang bernama Ratna SMS ke Lisa. Isi smsnya semua memojokkan Lisa pada posisi yg salah. Akhirnya, Lisa memutuskan untuk menyudahi hubungannya dgn Dira. Dira marah,padahal yg seharusnya bilang ptus dia tp knp sebaliknya. akhirnya dia asal nembak beberapa teman ceweknya dan berusaha untuk pamer ke Lisa, tapi Dira samasekali ga' pernah ktmu dgn Lisa, padahal biasanya Lisa menunggu jemputan di BAwah Pohon dekat gerbang Sekolahnya. Lama2 Dira merasa percuma melakukan hal bodoh itu, Toh Lisa jg ga' ngefek,ktmu aja ga'. Setelah 1 bulan Lisa tanpa kabar, datang sebuah SMS yang mengabarkan Lisa meninggal dunia sesaat setelah menjalani operasi pada kepalanya. Hati Dira hancur,LEmah tak berdaya,dia MArah pada dirinya sendiri, lalu dia memutuskan untuk menebus dosanya dgn melakukan bunuh diri. Akhirnya keputusan nekat itu dia ambil tanpa pkir panjang,dan Dira ditemukan tewas meminum obat melebihi dosis pada kamar KOSt nya.

kata hatiku

Aku bukanlah pengarang cerita yang mahir mengolah kata,,,,
Aku hanya orang biasa yang berbagi lewat kata
Di cerpen inilah aku bisa menuangkan semua cerita kehidupan sehari-hari. yang terjadi dan yang pernah mereka ceritakan kepadaku....
Saat mereka menangis, tertawa, bahagi itulah ekspresi saat mereka cerita kepadaku........
Bahkan ketika aku bimbang dengan semua yang kulakukan...
Karena aku tak tahu mesti bagaimana....
Mereka bisa cerita dan berkeluh kepadaku,,,, sementara aku......
Kuluangkan waktu untuk cerita mereka,,,, tapi bagaimana dengan ceritaku....?????
Kenapa aku harus bertanya,, kadang aku tidak bisa melihat yang benar dan yang salah, bahkan kadang aku juga bingung jalan terbaik yang harus kupilih....
Aku hanya bisa,,, ehmmmmm, yang terjadi maka terjadilah,, Tuhan pasti punya maksud dari semua ini...
Ambil segi positifnya saja,, janganlah memandang dari segi negatif...
Untuk Teman-Teman yang masih dalam kebimbangan.....

love it must have

Amid the hustle and noise of the city of Jakarta, Desi, Tara, and Ika was to relax semester vacation. Because for three of them last week semester tests. They are student-student achievement. "Uh ... you guyz gimana klo aja streets while washing my eyes?" Asked Tara on Desi and Ika. "Duch ... more fun nich! Bear, also finished soon. "Answer Ika while reading comics' Shincan Crayon 'is already a week has not been completed." Iya nich Tara, fun-fun reading taken a walk! "Said Desi who is engrossed in reading the novel' April Café 'which will be completed in two days. "Duch ... you guys are really nerdy yes! Boring at home continued to nie! Kta aja streets yukz hilangin tired, exhausted khan replications. "Tara said at length." Taraaa ... ... bisa ga 'you paused sich! Disturb tau! "Cried Daisy, and Ika told Tara quiet, and with a keen eye." Okey ... Okey ... but do not pake shouted donk! Ears ga 'tau deaf? Cepetan little donk and read it, you're bored reading nungguin nie! "Says Tara told the two to talk ga 'have cried." Who ordered nungguin we read? "Ika said with a hint of Tara." Why are you ga' read a novel or a comic, too "asked Desi to Tara as she read the novel and smoothed her hair." Males ah ...! "Tara replied casually. Some time after they argued, the two boys suddenly came to his house to find Desi Tara and Ika. Apparently they are friends Desi and Ika time fourth grade. Behind the string of friendship between Daisy, Ika, Doni, and Banu, Banu was Doni and keep a sort of feeling is very valuable to them both. Because of how they actually save from their own conscience. But, at that time they have not been able to express that special feeling for Desi and Ika because they think that they are still too early to date. After seven years of Doni and the Banu keep those feelings, they can not wait to express special feelings they have saved for seven years. "Assalamu'alaykum" said Doni while saying hello. "Wa'alaikumsalam" Tara replied "Are Desi and Ika is this house?" Banu said. "Ooo ... Desi and Ika is here. You siapanya Desi and Ika? "Tara said as she asked back to Doni and Banu." We both Desi and Ika's friend since fourth grade. "Banu said." Oooo ... gito! Wait a minute, I'll call Desi and Ika. Please go first. "Tara said as she lets go and Banu Doni. A few minutes after they are welcome to enter as Tara out of two young women. They are Desi and Ika. Banu and Doni was shocked by the two women who have before them. Because Daisy and Ika appearance different from their appearance seven years ago. Semetara that, she went to prepare meals kedapur food and drinks for guests from both his friend. "Desi ..." said Banu, his face curiously "Yes ... Lovable Nu,? Emang you think I am? "Said Desi assured Banu question." Madness, you tuch changed Desi! And it Ika khan? "Said Banu Daisy praising and showing his forefinger towards Ika." Duch ... you are what the hell sich! Period 'forgot us? "Said Ika a curious face." Endless you change sich ... So forget deh! "Said Doni with a little joke." Oh ... yes! You want doing here? Want to say something? "Ika said as he continued to hold the comics 'Crayon Shincan' who lived a little more complete. They continue to talk like seven years ago. They look very close at all. But, in a conversation that they do not express the special feeling they have saved for seven years. Shortly after the converse-shows, Tara brought drinks and food are super delicious, which had never felt by Doni and Banu. Tara's anger lost due to Tara's anger should not be delegated to the guests. "Uh ... Desi, Ika bantuin I donk! Weight nich! "Tara said as she called Daisy and Tara Ika to help bring drinks and food for the two friends Desi and Ika." Yes ... yes ... "Ika said the sentence agreed. Desi, Ika, and she immediately offered food and drink they had brought from the kitchen. "Don, Nu, nie food and drink, please take." Desi said, offering drinks and food they had brought from the kitchen. "Oh ... yes I forgot! Don, Nu, is Tara's new friend I am! And Tar, is Doni and Banu. They were friends when elementary school I used to. "Ika said introducing Tara Banu Doni and pointing the finger at Doni and Banu." Oooo ... so your name Banu and Doni huh? Salam kenal ya? "Tara said, holding out his hand to shake hands to Doni and Banu." Salam kenal juga "said Doni and Banu while receiving a helping hand in order to meet Tara." Well ... it's only a minute of you familiar extraordinary aja deh. Great ... great ... great ... "Ika said with a chuckle on hold. After Desi and Ika introduced to Doni and Tara Banu, they both returned to Tara's room to put the comics and novels of those who had carried all the time. On your way back to the room of Tara, Daisy and Ika not forget to read comics and novels in his hand, because the story in the comic and the novel live their 1-3 finish more pages. Living room, she was very careful when speaking with Doni and Banu, because Tara had been told the same when Desi and Ika Doni and Banu people like offense. Five minutes the atmosphere is very quiet living room, and finally Doni and Banu ventured to speak to Tara to ask permission klo they both wanted to speak privately with Desi and Ika. "Well ... Tara, I must say both ga 'as Daisy?" Said Doni. "Tar Yeah, I also need both the same way nie Ika! Pleezz ... "said Banu requested permission to speak to Tara both Ika." Fine, you can talk koq both Desi and Ika. You better let me say two wrote in the park behind my house. "Tara said Doni and Banu allowed to speak alone with his two friends itu.Berselang few minutes later and Ika Desi came over Tara, Doni, and Ika. "Um ... Desi, Ika, Doni and Banu want to talk privately tuch as you" Tara said with a happy face to see his two friends were able to talk privately with his old friend. "Ehmm Don, Nu, sorry but I will have occasion Ika reunian SMP sudden ... "Daisy said with a grim face." Oooo ... "" Tar, Don, Nu, we go now ya! Daa ... "Ika said goodbye to three of them. After five minutes of Desi and Ika go, Doni and Banu face looked sad. And Tara tried to comfort them both. But Tara's efforts to comfort them both fail, Doni and Banu still want to go home. But, she was quick to act, she promised that on Saturday 14 February 2009 Doni and Banu be reunited in the Garden City. And after a day of Tara, Doni, Banu, Ika and Desi chat, Tara suddenly felt something special for Doni. But Tara did not want to ruin Doni desire to have Daisy to be his girlfriend. TWO DAYS LATER Tara did not forget his promise to Doni and Tara Banu that will bring them both with Ika and Desi, on Saturday 14 February 2009 in Park City. Before that, she immediately called Ika and Desi late so they do not come to Park City to meet with Doni and Banu. "Tut ... tut ... tut ..." the sound of dial tone phone Ika is still the standard. "Hallo ... Assalamu'alaykum ..." Ika said while saying hello. "Wa'alaikum greetings" says Tara replied ducapkan greeting by Ika. "What Tar, tumben nich phone me! Is there anything important? "Ika said to Tara, his face curiously." Loch gini Emmm Ika ... ...! To the point aja dech! Two days ago when you went to junior high reunian sudden event, I promised to Doni and Banu today that you two would I arrange a meeting with Doni and Banu. "Tara said, trying to explain events that happened two days ago after Ika will go with Desi to the junior high reunian improvised. "Emang they both want to say what sich?" Ika said to himself with a curious face. "Ka, why koq diem ... By donk! Oh yes, like yesterday they would talk something important deh! "Said Tara, who startled his daydreaming." Ok deh same I'll tell Daisy "Ika said with a tone of approval." Ika ... Bye! "Tara answered the phone disconnected. "Bye, too" Ika said. Over the several minutes after she'd called Ika, Doni was called Tara to ensure that the promise has been implemented Tara said. At the time of call Tara, Doni heart felt feeling the first time fourth grade when he was close to Desi. Doni again felt the same special friend of Daisy's. "Hello ..." "Yeah ... who are you?" "Duch ... Tara was only two days I've completely forgotten!" "Oh ... you Don. What is it? Tumben niey phone? Surely it would nanyain promise you? "" Sama tau sich? "" ... Our Melepasmu Khan met only two days, if not asked about it let alone hayyo promise? "" Maybe you feel about me "" Doni, that what you mean sich? " "Ga 'koq ... Just kidding." "O my promise iyya ga' forget koq! Do not worry "After Tara talked with Doni, Desi and Ika came. Without deliberate, Desi heard the conversation between Doni and Tara. And the three of them chatting in the car all the way to the Garden City. "Waduuh ... Waduuh ...'ve Adda niey same familiar Doni" said Daisy with words rather sarcastic Tara. "Duch ... I think Daisy likes tuch as Doni ... Well I think they both fit tuch!" Tara said to herself. "Halloww ... Tara, kmuw ga 'see why khan? "Ika said waving his hand in front of Tara's face." Ga' koq Desi, Ika, I just remember with my duties at home piling niey! "said Tara tried to look for a reason." Klw so we gotta go down? Bye ... bye ... "Ika said." Bye ... "Tara said. When I got home, she immediately went back to the room and write Diary of events that happened all day. After a few minutes Tara writes his Diary, Desi call Tara tells what happened in Park City. "You're Still No Word ... You Sick Like Me ..." Tara HP ringtone sound if there is telephone inside. "Hello Assalamu'alaykum" greetings Tara said. "Hello Wa'alaikumsalam" said Desi. "Um ... What ya in December ... tumben malem-malem you call me. Usually at this hour you have a dream in nature. Oh ... yes, how was your date with Doni? "Said Tara asked Daisy about what happened in Park City." Biasa aja koq just had ... ... ... Ehmmmmm "Daisy replied with words that have not finished and with a sad tone." Just had gimana mean? You left the same pulanng Doni? Or you dikerjain at Doni, "said Tara with a number of questions representing yangn Tara curious feelings of Desi date with Doni." Ga '... ga' ... all the questions wrong "Daisy replied that make Tara's curiosity increased." And then ...? "" I shot at Doni ... "Daisy replied Tara removing his curiosity." O Allah Desi ... it makes you wonder Akku die huh? Trus you say? "Tara asked back." Yes ... I take it ... I also liked the Khan had just Doni. Oh ... yes ... Ika too lho same shot Banu. "" If so congratulations, for you two! "Said Tara congratulated on Desi and Ika." Tar ... udahan used it? Bye ... "" Bye ... "After the events of the day that makes the heart sick and ruined Tara and Tara make a body tired, she then went to the island cotton and continued his departure to dreamland. MOUNTH FIVE LATER After five months of Doni and Desi, and Ika and Banu dating, she heard rumors that his friend had been severed from Ika Banu Banu and choose to be friends again like before. Found in the school yard during recess, she immediately asked gossip about Ika breakup news and Banu. It also Dikesempatan, Tara Ika vent to about her feelings for Doni. "Why Ik, denger-denger you break it at Banu? Why not? "Asked Tara." Tar nie Yeah, I broke up as Banu! Because my school because of the mess going out, so I finish with her dech. "Ika said." Udah is Ika, if that's what's best for you not to cry and do not regret, anyways it all for you, too khan? "Said Tara was trying to comfort Ika 'm sad. "Thank's yes, you are friends Tara the best of me." says Tara Ika and praising Tara immediately embraced as a sign of gratitude. "You're welcome" said Tara Ika returned the compliment. "Is that all?" Ika said. " Um ... Ka, I must say ga 'to you? It's about feeling Doni me to his girlfriend Daisy! "Tara said with a stammering speech." Boleh aja, emang ya as you like Doni? "" Yeah, he, ever since I first met at Doni I feel special to Doni. But he, do not tell it to anyone, including Banu and Desi. "" Oh, so I'll try to keep this secret forever "Ika said. Home school bell rang Tara quickly to come home because Tara had time to see Doni and Desi lovingly embraced. When I got home, she was contemplating what he feels now to Doni only dream of a sleeping princess. Then, she immediately told his parents that the school moved to Surabaya. Tara did it so he forgot all about Doni. "Mom, Dad, Tara will talk together Mom and Dad, may ga '?" "Please Tara aja, emang say what you want? Koq keliatannya really serious! "Said Mama Tara" Mom, Dad, Tara wanted to change schools to Surabaya yes Mom, Dad? Boleh khan? Plizzz! "Said Tara pleaded kesetujuan proposal to mama and daddy." Mama's boleh aja, but it tentuin Papa Khan you, dear. "Mama said." Papa also agree wrote, but you koq pingin suddenly moved the school to Surabaya? "said papa." Ga 'nothing koq Ma, Pa! "said Tara," Fine, tomorrow Papa will take care of everything. "Papa said Tara with a sentence agreement." Thank you so Mom, Dad? If so Tara bed huh? Good Night Mom, Dad? "Said Tara." Good Night, darling. "Said his Mama and Papa bebarengan. After getting permission from both parents of Tara, and Tara called Ika, because Ika is one friend that his phone number is still active. Tara Ika call to inform that began three days ahead, Tara skul've moved to another place. "What should I do ... to make you love ... me ..." votes NSP Ika wore seventeen songs. Soon the sounds RBT Ika HP Lima Akin "Why slaluw I would budge ..." Ika RBT sound when his phone rang. "Hello, Tar Yeah, what?" Ika said while straightening her room that berantakkan. "Hello, I gini Ika would say, three days ahead I've ga 'lgi skul in SMA Negeri 1 Jakarta again! "said Tara." Why Tar, emangnya why? Was it Doni, you truz move? "Ika said." Ka Yeah, I tried to ngelupain Doni haruz of mind and heart! And moved the school may be one way. "Tara replied." Tar, saying never say 'love can love, but love is not haruz we have', but it's up to you, it was suggested khan aja! "Ika said." Fine Ka , entar I think about what you ucapin kata2 earlier. Ika bye. "Tara said." Bye. "THREE DAYS LATER During the three days of thinking of Tara, but Tara had nevertheless found the answer he was looking for. And beginning today, Tara was not in school anymore in SMAN 1 Jakarta. Meanwhile, a different place, Ika trying to find Daisy and tells what is happening at Tara. "Duch ... Where Desi sich?" Asked Ika kekanan and turning left. "Well ... it Desi. Doni also happened to be. "Ika said to have found the figure of a friend who wanted it." Doni, Desi, wait me. "Ika said Doni called Daisy and a breath panting." What is nie Ka, I think you want to say nie serious as we are. "Desi said." Yes, I want to talk seriously emang as you two. "says Ika." What's he? "said Doni curious" About Tara ... "Ika said the brief." Emang what's wrong with Tara "asked Daisy and Doni are more curious." Gini lho Desi, Doni, Tara tuch starting today he skul no longer here. "Ika said with words that increasingly makes Daisy and Doni curious." Ayo donk Ka, to the point aja. Emang our clay could you die because you're curious, "said Desi." Ga 'sich aku ga' clay heart you both died untimely deaths because of my story. Ya udah to the point aja. I actually like the same Tara tu Doni Doni and since you kenalin same Banu Tara, but her love is now only one eye, because Doni Desi t'lah yours. Truz he ngambil decision to change schools so he ga 'recall with the name' DONI '. "Ika said the length of breadth." Fine I'll just nyerahin Doni Tara, and now we're home Tara bareng-bareng yuks! "Said Desi as he led home Ika and Doni to ngejelasin smuanya Tara. "Tar But, I really love you." Doni said the same would not diputusin Desi. "Don, Tara denger yes I was a good friend, I ga 'want to lose him, just because -because you're mine. Udahlah Don, we are home now Tara wrote, there dijelasin smuanya entar wrote. "Said Daisy explains to Doni." Plendz Let's go, hurried late nie! "Said Ika Ika warned that, Desi, and Doni will be home of Tara to explain all the terjadi.FIVE MINUTES LATER After a five minute journey home Tara. Ika, Desi, and Doni saw Tara sitting imagine his old friends are having fun in skul ever. Then the bell rang Doni car. "Tin ... Tin ..." "Ika, Desi, Doni. What are you here? "Tara said with surprise." Tar, we are here to nyelesain what's the problem! "Said Desi." Ka, you tell about my feelings as Daisy, huh? "Asked Tara to Ika." Tar Sorry, I mean not a hypocrite , but I want you to ga 'move Tar. "Ika said trying to explain." Tar, I've decided at Doni, and you can now dating the same koq Doni, I will bless your relationship. "Desi said." Ga' Desi koq, I've ngepikirin Ika time saying, 'love can love, but love is not haruz we have'. So, I hope you guys do not give, yes? "Says Tara told something that does not Ika, Desi, and Doni think." But, you ga 'to be moved khan? "Ika said sure." Why would move if there temen-temen I would accompany my days. "Tara replied with words of poetic self." Um ... Desi you want to ga 'back at me? "said Doni took Desi dating again." Udah thank Desi wrote. "Ika said and Tara Desi and Doni menyuport that back together. "What we are seeing, if we can still be friends." Answer Desi Doni denied the request. "Yes ... yes ... more than a friend sgala everything. And friends could not replace anything in this world. "Says Doni added words Desi." Friends are beautiful ... ... ... ... ... ... "cried Daisy, Doni, Ika, and Tara. Friendship was initially causes a sense of love. But, do not let the love that will ruin a beautiful friendship. Companions more difficult to find than the love of someone. Because not all the friends that we know will be a good friend and trust. Maybe our new friend, will be the evening he would ruin our self-esteem. THE END

a man , a boy and a lady

There was a small village in the forest in a mountain on the east side of the earth. In the village lived a man with his son. His name was Jeremiah and his son was Clay. They lived in an old huge mansion, which was a guest house, quite far from the village. The house looked scary on the outside and the mansion’s owner also not a friendly person, but actually he had a kind heart even though they’re not rich.

One rainy and stormy night, came a beautiful young lady at the same age of his son. His son felt something wrong with the lady but he kept it inside, because he didn’t have evidence about his feeling. He kept an eye on the lady every time, every second, and every of her movement.

After dinner, the Lady asked them if they allowed her to stay for a night, as she had no house to stay. They allowed her to stay and prepared a room for her. Clay delivered her an extra blanket, it was very cold outside. He knocked the door but no one answered, then he tried again. He decided to wait, but five minute passed, he ran out of patient. He opened the door which apparently was not locked and stepped his feet inside the room. The room was so dark and the only light came from the opened window.

The thunder stroke a tree. He put the blanket on the bed and ran to shut the window. When he shut the window, he suddenly realized that no one’s in the room. He wondered where the lady was. There was no sign that the lady left the room, so he searches for her. Starting by opened the bathroom. At first, he saw nothing and no one, but as he walked to the bathtub he saw something dropping from the ceiling above the bathtub. He looked up and saw a body hanging on the ceiling. He called over his father but when his father arrived and Clay turned his head for a second, the body disappeared. They soon found that the lady was the first owner of the mansion who was committed suicide 50 years ago. That’s the reason why the guest house was closed.

teror kecantikan

semua itu berawal dari kejadian ketika aku masih kuliah seseorang yang dulunya jelek,bau, dan cupu. tapi sekarang dia populer,cantik,dan keren. semua laki-laki menyukainya. aku tidak iri,marah atapun curiga padanya walupun banyak orang yang kesal padanya tapi tak bisa ku duga diberbuat seperti itu....
***
"Baiklah,kalian tahu sebentar lagi akan liburan maka minggu depan kita akan kemah di hutan ponorogo mengerti semuanya???"kata kak senior "mengerti kak"kata kami semua.waktu pun terus berlalu akhirnya waktu untuk kemah pun datang aku bersama temanku,nindy segera ke kampusku pukul 08.00 pagi. setelah sampai di kampus rini menabrakku dengan wajah penuh kebencian."maaf"kata rini dengan sinis "iya tidak apa-apa"kataku ramah dia langsung menatapku dengan kaget! setelah menatap wajahku dia pun pergi berlalu."kenapa si rini ya?"kata nindy bingung "sudahlah! yuk kita ke bis sebelom ketinggalan okey!"kataku. 3 jam berlalu... "Janita tolong cari kayu bakar bersama rini ya"teriak roki ketua kelompok kami. "ya,ayo rini"kata ku mengajak rini yang dari tadi melamun. "rini ambil kayu bakar di sana ya aku mengambil kayu bakar di situ oke!"kataku mengedipkan mata."iya"kata rini datar.stelah aku merasa cukup menemukan kayu bakar aku pun langsung menuju tempat di mana aku dan rini janjian ."eh,rini sudah lama"tanyaku kepada rini "sudah"sambil meremas sebuah kertas."kertas apaan ytuh?"kataku "bkan apa-apa!"katanya lalu prgi.
malam pun tiba aku pun segera tidur tetapi aku tidak melihat rini dan risa mungkin mereka lagi diluar pikirku dan aku pun segera tidur.
pagi ini cerah aku pun segera mengambil mi instan di tasku tapi ada teriakan dari chacha aku dan para guru spontan langsung lari menuju tempat di mana chacha teriak setelah satu menit berlari kami menemuka risa mati secara mengenaskan jantung,paru-paru,mata dan lidahnya hilang tidak di temukan jantung/lidah di manapun akhirnya kami segera pulang namun sebelum pulang ternyata ada surat di jaket risa yang bertulisan "dia yang pertama selanjutnya adalah dia!!!" kami pun langsung menelepon polisi setempat tapi kelompok kami masih diam dan ketakutan......
bersambunggggg

dilarang jatuh cinta

Cerpen Maroeli Simbolon, Dimuat di Republika 12/19/2004Wah! Semua mata terbelalak -- berpusat kepada laki-laki yang berdiri persis di atas atap gedung berlantai 33, siap untuk bunuh diri. Sejumlah polisi sibuk mengamankan lokasi yang dipenuhi orang-orang yang ingin menyaksikan peristiwa tragis itu secara langsung, dengan berbagai ekspresi yang tak kalah seru. Ada yang bergidik, ada yang terbelalak histeris, ada juga yang terkagum-kagum. Situasi heboh itu melumpuhkan lalulintas. Beberapa polisi sibuk berdebat dan stres -- mencari solusi bagaimana mencegah orang sableng itu agar tidak mewujudkan kegilaannya. Ada juga polisi yang langsung menghubungi pihak rumah sakit untuk segera mengirimkan ambulans. Mengapa ada yang ingin bunuh diri?Silakan tanya kepada para penduduk di sebuah negeri yang sedang dilanda cinta, atau kepada seorang laki-laki muda yang tampan, yang kini berdiri gagah dan tenang di bibir gedung pencakar langit, dan siap terjun bebas. Padahal, embun masih terjun ke bawah ketika polisi yang memanjat baru mencapai setengah gedung. Orang-orang pun berteriak histeris. Dan, lihatlah, seperti tubuh yang bunuh diri pertama, wanita itu juga melayang-layang ke bawah. Dari tubuhnya, satu per satu tumbuh bunga-bunga yang mekar. Dan, begitu tiba di tanah, tubuhnya telah menjelma sebatang pohon bunga beraneka rupa. Di pucuk bunga terselip kertas yang bertulis, ''Kubuktikan cinta dengan kepasrahan!'' Belum habis keterkejutan orang-orang, kembali terdengar teriakan seseorang, ''Lihat! Di atas gedung bertingkar 52 sana juga ada yang hendak bunuh diri!''Semua terperangah, berteriak ngeri. ''Kegilaan apa lagi ini?!''''Lihat! Di gedung 67 tingkat itu juga!''''Lihat! Di gedung warna kelabu ungu bertingkat 73 itu juga!''''Lihat! Di atas menara pahlawan itu juga!'' Semua menggigil seputih kapas di ujung ilalang. Bahkan angin pun beringsut ketakutan. Sebab, hari itu lebih sepuluh orang melakukan bunuh diri dengan cara yang sama (melompat dari atas gedung bertingkat) dan motif yang sama atau hampir sama. Mungkinkah cinta yang menciptakan semua tragedi yang mencemaskan ini? Peristiwa itu mencengangkan semua orang, sekaligus menimbulkan rasa takut dan khawatir yang hebat. Dan peristiwa ini menjadi topik utama di mana-mana, dari kedai kopi, kafe hingga hotel berbintang, terutama menjadi headline koran-koran terkemuka. Berbagai kalangan pengamat memberi komentar dan tanggapan, dari psikolog hingga pengamat sepakbola. Ternyata, hari demi hari, peristiwa bunuh diri itu tiada henti, terus-menerus terjadi. Sehingga, semakin panjang daftar orang yang mati bunuh diri dengan melompat dari atas gedung. Bahkan menjadi ancaman, melebihi wabah penyakit menular. Bunuh diri itu sudah melanda semua orang, dari jompo hingga anak-anak, dengan teknik yang semakin aneh. Sableng bin edan! Ada yang berpakaian Pangeran, Ratu, Pendekar, Batman, Superman. Ada yang bersalto, jumpalitan di udara, berselancar. Ada pula yang terjun sambil baca puisi. Penduduk negeri itu semakin dicekam rasa takut dan waswas yang luar biasa. Semua mengkhawatirkan sanak keluarganya dan dirinya akan ikut bunuh diri suatu waktu. Sebab, penyakit bunuh diri itu dengan cepat menyebar dan menjangkiti siapa saja. ''Bila tidak segera dihentikan, anak-anak kita, saudara kita, bahkan kita sendiri akan terpengaruh, dan melakukan tindakan bunuh diri itu.''''Ya. Ini harus kita hentikan!''''Bagaimana caranya? Adakah cara jitu yang kamu pikirkan?'' ''Ah. Ayo, kalangan intelektual, berpikir dan bertindaklah segera. Jangan cuma ngoceh ke sana ke mari!'' teriak orang-orang, kehilangan arah.Penduduk semakin panik, saling bertanya satu sama lain. Tetapi, semua menggeleng. Semua angkat bahu. Semua jadi buntu jadi batu. Apa lagi yang dapat dilakukan? Maka, tanpa dikomando, semua tekun berdoa dan samadi agar wabah penyakit bunuh diri itu segera berakhir. Sayangnya, ketika doa-doa meluncur di udara, burung-burung gagak berebutan menyerbu dan mencabik-cabiknya sehingga tidak pernah sampai di meja kerja Tuhan. Jika pun ada yang sampai, cuma berupa sisa atau percah. Tentu Tuhan tidak sudi mendengarnya. Apalagi Tuhan semakin sibuk menata surga -- sambil mendengarkan musik klasik -- karena kiamat sudah dekat. Disengat kepasrahan yang mencekam itu, tiba-tiba Maharaja menemukan gagasan, ''Kita bikin pengumuman!'' teriaknya pasti.Seketika semua melongong. ''Pengumuman? Untuk apa?''''Di setiap tempat, kita buat pengumuman: Dilarang Jatuh Cinta!''Semua kurang menanggapi. ''Apakah mungkin efektif untuk mengatasi maut yang mengancam di depan mata kita?'' Maharaja angkat bahu. ''Coba dulu, baru tahu hasilnya,'' jawab Maharaja. ''Masalah utamanya sudah jelas, akibat cinta. Setiap orang yang terjerat cinta, entah mengapa jadi ingin bunuh diri. Satu-satunya cara, ya, kita larang orang-orang jatuh cinta. Siapa pun tak boleh jatuh cinta agar hidup terjamin.'' ''Wah, mana mungkin. Jatuh cinta itu manusiawi. Beradab dan berbudaya. Berasal dari hati. Kata hati. Muncul begitu saja -- tanpa diundang. Apalagi, cinta kan pemberian Tuhan,'' protes orang-orang, tak dapat menerima pendapat Maharaja yang dinilai ngawur. ''Terserah. Jika ingin selamat, menjauhlah dari cinta. Kalian jangan pernah jatuh cinta. Mengerti?! Tetapi jika sudah bosan hidup, ya, silakan jatuh cinta!'' tegas Maharaja. ''Sekarang, mari kita pasang pengumuman itu sebanyak-banyaknya dan sebesar-besarnya!'' Meski dijerat tali ketidakmengertian yang luar biasa, pengumuman akhirnya dibuat juga. Dipancangkan dan ditempelkan di mana-mana, termasuk di bandara. Maharaja bahkan melakukan siaran langsung di seluruh televisi: ''Saudara-saudari sekalian yang saya benci. Sebab, mulai sekarang, saya tak ingin mencintai, agar berumur panjang. Saya harus benar-benar dipenuhi kebencian. Seperti kita saksikan bersama-sama, cinta telah menyebabkan banyak orang bunuh diri. Cinta telah membutakan mata. Cinta telah merenggut nyawa sanak keluarga kita. Cinta mengancam kita. Maka, dengan ini, kepada semua yang mendengarkan pengumuman ini, saya tegaskan: dilarang jatuh cinta! Kita harus melawan cinta. Kita tegas-tegas menolak cinta. Cinta tidak memberi apa-apa yang berharga bagi kita, cuma kematian. Mengerikan, bukan? Mulai sekarang, kita proklamirkan semboyan baru kita: hidup sehat tanpa cinta. Hiduplah dengan saling membenci, bercuriga, menghasut, dan sebagainya. Jangan pernah mencintai!'' Aneh. Penduduk bertepuk sorak menyambut pengumuman itu. Bahkan, untuk selanjutnya, banyak yang memuji kebijaksanaan Maharaja sebagai sikap brilian. Mereka merasa telah menemukan solusi jitu memberantas wabah penyakit bunuh diri itu. Hidup tanpa cinta, tidak terlalu buruk demi hari depan yang lebih baik. Dengan saling membenci, esok yang lebih cerah dan terjamin siapa tahu segera tercapai. Hari masih terlalu subuh. Ayam dan burung-burung masih ngorok. Tetapi keributan orang-orang dan kesibukan polisi telah merobek cadar ketenangan. Apalagi wartawan-wartawan sibuk meliput dan melaporkan -- blizt dan lampu kamera televisi berpantulan. Apa yang sedang terjadi. Wah. Sungguh mengejutkan dan mencengangkan! Betapa tidak, di depan gedung istana Maharaja berlantai 113 yang mencuat menusuk langit kelam, Maharaja dengan masih memakai piyama sedang berdiri di atasnya bersiap-siap bunuh diri. Orang-orang menahan napas dan terbelalak ngeri menyaksikan tragedi ini. Sementara, istrinya, Maharani menyorot api kebencian, ''Biarkan ia menikmati kesempurnaan cintanya!'' Maharaja mengembangkan tangan. ''Ah. Ternyata cinta itu indah. Kita tak dapat hidup tanpa cinta. Cinta itu anugerah. Berdosalah orang-orang yang tak memiliki cinta!'' teriak Maharaja, lalu melompat ke bawah. Tubuhnya melayang dan ditumbuhi bunga-bunga mekar. Tiba-tiba menyusul sesosok tubuh wanita muda yang sintal, melompat sembari bersenandung lagu cinta. Tubuhnya juga melayang, seperti menari -- dan ditumbuhi bunga-bunga mekar. Begitu tiba di tanah, bunga-bunga itu pelahan merambat dan menyatu, lalu membesar dan menjadi belukar yang menjalari dinding-dinding istana dan rumah tangga-rumah tangga. Semua melotot heran. ''Mengapa Maharaja bisa segila itu?''''Selingkuh. Ia selingkuh dengan sekretarisnya!'' cibir Maharani sambil meludah ke tengah belukar itu. Akibat ludah itu, tiba-tiba belukar itu bergerak-gerak liar sepenuh nafsu kelabu, membelit kedua kaki Maharani, dan menariknya, ''Cintakah?!'' Jakarta, 2003/2004