THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Sabtu, 02 Januari 2010

kamut

++
berpikir lah sebelum lah kau bertindak agar kau tak menyesal dikemudiaan hari
##
setiap tindakan pasti selalu akan membuah hasilnya
%%
janganlah kau menilai eseorang hanya karna bgus rupa
^^
janganlah kau menilai org hny kekayaan dumiawi krn itu tak mungkin kekal
##
kau tak mgkn sendiran disini byk yg membthkan km and jnglah kau berlarut2 dlm kesediahan
karna itu tak mgkn merubah kehendak allah
++
jadilah manusia yg tegar jng jadi manusia yg lemah dlm menghdpi cobaan yg diberikan karna mua itu pst ada hikmanya

gita and dita

Gita dan Dika

“Gita dan Dika” kembali Gita membaca tulisan itu. Deretan kata yang tertulis di bagian belakang sampul depan diary-nya. Nggak ada yang istimewa dari jalinan huruf yang tertera berwarna hitam itu. Kecuali…kecuali kenangan akan Dika yang kembali terukir perlahan-lahan di benak Gita. “Halo, kenalkan saya Dika, berasal dari Cilacap.” Menjadi kalimat pertama yang keluar dari bibir Dika ketika dia pertama kali masuk di kelas Gita. Ya, dia memang siswa baru pindahan dari kota kecil Cilacap. Ke sini, dia mengikuti orangtuanya yang dipindahkan tugasnyasebagai seorang dokter. Prestasi mengkilap sebagai seorang dokter di Puskesmas kecamatan udah berhasil membuat rumah sakit sebesar RS Karyadi melirik kemudian memanggilnya. Seluruh siswa di dalam kelas nggak terlalu menaruh perhatian akan kedatangan Dika di hari pertama itu, semua sedang disibukkan oleh persiapan pentas seni yang akan diselenggarakan oleh sekolah di akhir bulan. Kedatangan Dika seperti angin lalu, hanya selintas dan kemudian dibiarkan begitu saja. Saat wali kelas bertanya, “adakah yang ingin ditanyakan kepadateman baru kalian ini?” kelas seperti kuburan di tengah malam yang sunyi. Ngaak seorang pun menjawab. Ketua kelas, Andi, yang biasanya ramah dan bijak terlihat nggak peduli. Kepalanya penuh dengan aneka macam ide. Memang kebetulan sekali kedatangan Dika tepat pada saat persiapan pentas seni digelar. Jam pelajaran Matematika Bu Husna memang diminta untuk rapat persiapan pentas seni. Bu Husna sebagai wali kelas tentu aja nggak keberatan dan sangat mendukung kelasnya ini dapat tampil di pentas seni dan memberikan penampilan terbaiknya. Maka, kedatangan Dika benar-benar seperti pengganggu. Di tengah rapat yang sedang a lot dan penuh dengan lontaran ide serta perdebatan sengit, dia malah datang diantar oleh Bu Husna. Akibatnya, Dika terabaikan di hari pertamanya masuk di sekolah baru. Kebetulan pula, di kelas ini ada sebuah meja kosong di belakang yang nggak berpenghuni. Jadilah Dika duduk disana seorang diri. Hari berganti dan pentas seni semakin dekat. Andi masih juga kebingungan, belum lagi memutuskan jenis kesenian apa yang akan ditampilkan pada pentas seni nanti. Banyak sekali usulan dari teman-teman sekelasnya seperti gerak dan lagu, pembacaan puisi, teater sampai parody. Namun, Andi tahu betul itu hanyalah usulan ngawur. Andi cukup sadar dan tahu benar gimana teman-temannya yang hobi omong besar namun dalam pelaksanaannya nol besar. Pendek kata, kelas Andi adalah kelas NATO, “No Action Talk Only”. Kondisi itulah yang membuatnya pusing tujuh keliling. Bagaimana nggak, kalau dia udah memutuskan sesuatu berdasarkan usulan dari teman-temannya, maka dia sendiri yang harus melaksanakan usulan itu. Adapun si pencetus ide? Ah, pasti udah kabur entah kemana. Seperti makan buah simalakama aja! Kalau ide nggak dilaksanakan, maka kelas masih bingung apa yang akan ditampilkan. Tapi saat ide udah dilaksanakan, maka itu artinya kerepotan yang amat sangat baginya. Duhhh. . . . Entah kali ke berapa rapat digelar lagi. Memang usulan udah mulai mengerucut menjadi beberapa jenis kesenian aja yang akan ditampilkan. Gerak dan lagu oleh Rini and gang menjadi sebuah pilihan. Meski diantara anggota gang Rini sendiri masih timbul perdebatan mengenai jenis lagu apa yang akan digunakan sebagai music latar. Semua anggota gang mengusulkan lagu kegemaran masing-masing. Akhirnya, kata sepakat masih jauh dari harapan. Pembacaan puisi bisa juga ditampilkan, namun Andi mendengar dari sahabatnya di kelas sebelah: Ardi. Bahwa kelas Ardi bakal menampilkan puisi, bahkan lengkap dengan teater. Jadilah kembali Andi pusing karena nampaknya ide pembacaan puisi juga batal. Nggak mungkin, bukan, meniru ide kelas sebelah? Apa kata dunia nanti? Usulan terakhir adalah menampilkan band. Namun usulan ini juga menghadapi rintangan yang nggak mudah. Anggota band di kelas ini nggak lengkap. Dodo dan Doni memang jago memainkan gitar, tapi ngaak mungkin cuma mereka berdua yang tampil tanpa kelengkapan anggota-anggota yang lain bukan? Rapat di hari itu pun masih juga belum mengambil keputusan apa-apa. Dan sementara itu Dika, ah, apa kabarnya dia, ya? Hei, ternyata dia udah berani bergaul dengan beberapa orang teman di sekitar tempat duduknya yang mojok di belakang. Mulai dari menanyakan pelajaran sampai meminjam tip-ex. Boleh juga keberanian Dika. Dia nggak minder meski berasal dari kota kecil. Satu per satu temam-teman di sekitar tempat duduknya mulai dikenalnya. Wuri adalah cewek yang mula-mula dikenal oleh Dika. Beberapa catatan Wuri dipinjamnya untuk mengejar pelajaran yang tertinggal. Terkadang beberapa alat tulis Wuri juga sering dipinjam Dika. Mulanya memang Wuri merasa terganggu, apalagi dia tergolong siswi yang pelit. Namun, entah kenapa pada Dika hal itu nggak terjadi. Wuri sukarela meminjamkan semua benda miliknya kepada Dika. Awalnya nggak seorang pun teman-teman sekelasnya menyadari sikap Wuri ini. Selain karena Dika dan Wuri duduk di bagian belakang, keduanya juga nggak terlibat aktif dalam rapat. Sampai pada suatu ketika, Andi meminta usulan dari teman-temannya lagi. Saat tiba giliran Wuri dia berkata, “Dika memiliki usulan yang sebaiknya kalian dengar.” “Nah, usulanmu sendiri apa?” Andi sepertinya enggan mendengarkan suara murid baru dan memilih meminta Pendapat Wuri. “Aku nggak puny aide, kurasa ideku nggak berarti apa-apa bila dibandingkan dengan ide Dika.” Jawaban Wuri ini disertai dengan rona merah di pipinya. Dan memang, bila diperhatikan di dalam jawabannya ini terkandung pujian yang tersembunyi kepada Dika. “Baiklah, jadi apa usulmu, Dika?” Andi nggak sabar sekaligus merasa penasaran dengan jawaban Wuri barusan. Sebenarnya, memang Andi nggak suka kalo ada siswa lain di kelas yang memiliki kelebihan yang nggak dimilikinya. Dan entah karena apa, dia merasa Dika memiliki kelebihan itu. Pejantan kalo udah ketemu pejantan, agaknya memang ingin memamerkan siapa di antara mereka yang lebih jago, bukan?. Dika nggak segera menjawab, justru pandangannya diarahkan ke seantero kelas. Dengan itu, ternyata dia udah bisa meminta perhatian seluruh kelas, artinya, kelas yang semula ramai karena masing-masing sibuk berbincang dan berbisik-bisik, merasa segan karena lirikan mata tajam Dika. Ketika kelas udah menjadi sunyi, barulah Dika berkata. “Ya, memang benar saudara Andi apa yang dikatakan saudari Wuri itu. Aku punya sedikit ide yang barangkali bisa kita tampilkan pada saat pentas seni nanti. Namun, sebenarnya ide biasa aja, kok, hanya Wuri yang sedikit melebih-lebihkan.” “jadi, apa idemu itu, kawan?” nampaknya Dodo udah nggak sabar dengan perkataan Dika yang panjang dan lebar itu. “Aku dengar dari Wuri, di kelas ini ada seseorang yang bersuara merdu bernama Gita, apakah memang demikian adanya?” Dika berkata demikian sambil pandangannya kembali mengarah ke seluruh kelas. Sebenarnyalah dia memang belum tahu siapa Gita itu. “Yess, itu memang benar, lantas apa hubungannya dengan Gita?” Doni yang ramah kali ini memberikan jawaban. “Aku bermaksud bernyanyi berduet dengannya saat pentas seni besok, bila teman-teman semua setuju.” Jawaban Dika ini nggak diduga sebelumnya oleh seluruh teman-temannya. Begitu percaya diri dia mengajukan dirinya sendiri. “Boleh juga usulmu, namun kami belum tahu bagaimana kamu bernyanyi, Dika.” Gita kali ini yang menjawab. Sekaligus dengan ini Dika menjadi tahu siapa sosok bernama Gita. Pada beberapa kejap Dika terpesona pada Gita. Siswi yang duduk di depan sendiri itu memang beberapa kali membuatnya bertanya-tanya. Ada aura lain saat Dika mengamatinya, namun untuk bertanya kepada Wuri, Dika merasa malu. Keduanya saling berpandangan beberapa saat, dan nggak sadar kalau seluruh kelas memerhatikan mereka berdua. “Hei, malah pacaran, jadi bagaimana kamu bernyanyi Dika?” Andi merasa cemburu melihat keduanya saling berpandangan begitu rupa.

***

Dika pun mulai menunjukkan kemampuanyya. Dan benar, ternyata dika bernyanyi begitu indah. Petika gitar Dodo dan Doni menjadi music pengiring yang melengkapi kelembutan suara Dika. Gita bahkan sampai terpesona, nggak bisa berkata-kata dan terus tercengang mengamati. Ahh lebih tepat menikmati nyanyian Dika. Semenjak detik itu keduanya sering berlatih bersama-sama. Mereka menjadi dekat satu sama lain. Dan bagaimana dengan duet mereka? Bukan main, Andi bahkan sampai merinding saat mendengar suara mereka berdua berpadu dalam sebuah lagu. Begitu memesona apa yang mereka tampilkan. Di telinga anak-anak yang lain, lagu yang mereka bawakan udah sangat bagus, namun keduanya justru merasa belum puas. Mereka tiap hari bersama dan terus menerus berlatih setiap pulang sekolah sampai dengan beberapa hari menjelang pentas seni berlangsung. Gita dan Dika begitu nama mereka di panggil oleh pembawa acara, maka seluruh penonton yang terdiri dari siswa-siswi dan dewan guru bersorak-sorak. Memang Gita udah dikenal karena suaranya yang merdu, namun bagaimana dengan Dika? Hal ini cukup menjadi pertanyaan di setiap kepala. Itu aja belum cukup. Penampilan Dodo dan Doni yang akan mengiringi dengan gitar masing-masing juga menimbulkan ketertarikan. Yang lebih heboh, seluruh teman-teman sekelas ikut turut serta di belakang dua orang penyanyi dan dua orang gitaris itu. Mereka menjadi suara latar yang akan memperindah suara Gita dan Dika. Jadi sebenarnya selain mereka berdua tekun berlatih, Gita dan Dika juga melatih teman-temannya yang lain untuk mendukung penampilan mereka. Akhirnya seluruh kelas ikut berperan dalam pentas seni. Sesuatu yang nggak bisa dilakukan oleh kelas-kelas lain. Dan tahukah bahwa ternyata semua itu adalah ide Dika si anak baru.

***

Gita udah nggak lagi membaca deretan kata ‘Gita dan Dika’ di bagian belakang sampul depan bukunya. Dia udah kelar membuka dan membaca halaman demi halaman yang ada di diary itu. Sampai akhirnya dia tiba pada sebuah halaman yang ada fotonya. Mereka berdua, Gita dan Dika di dalam foto itu yang diambil selepas mereka menyanyi di pentas seni tempo hari itu. Di dalam foto itu, mereka terlihat begitu mesra. Masing-masing memegang microphone dan tangan mereka bertautan, bergandengan tangan. Di latar belakang, Doni dan Dodo sibuk memetik gitarnya, kepala mereka menunduk dan wajahnya nggak kelihatan. Lebih ke bagian belakang dari foto itu, Gita melihat teman-teman sekelasnya yang lain tersenyum. Ya, mereka tersenyum setelah bernyanyi dan mendengar tepuk tangan membahana dari seluruh warga sekolah yang hadir di aula. Semua Nampak begitu gembira. Tanpa sadar dari mata Gita mengalir butiran-butiran bening air mata. Hal yang biasa terjadi bila dia kembali membuka diary itu. Kembali mengingat semua peristiwa semenjak kedatangan Dika di kelasnya. Pentas seni yang melibatkan seluruh sekolah dan kebahagiaan yang muncul seusai mereka berdua bernyanyi saat melihat penonton tersenyum, tertawa, dan bertepuk tangan memuji dan menghargai dengan sangat penampilan mereka. Saat Gita kembali teringat berita yang didengarnya nggak lama setelah pentas seni usai. Yaitu berita tentang kecelakaan yang meninpa Dika selepas dia pulang dari sekolah lebih awal karena ada urusan lain. Motor Dika tertabrak truk yang melanggar lampu merah di sebuah perempatan, dan Dika langsung tewas di tempat kejadian. Gita hanya mendengar kabar terakhir mengenai senyuman di wajah Dika yang udah dingin. Barangkali ketika Dika meninggal dia teringat pentas seni di sekolah barunya yang begitu membahagiakan.

luna mau tidur

LUNA MAU TIDUR

“Emang gimana awalnya, loe ceritain deh dari awal” Dino penasaran dengan cerita Luna yang mulai hari ini harus tereliminasi dan dipensiunkan dari sekolahnya.
“Tau gue juga, masak cuma gara-gara tidur doang” sungut Luna.
“Lah….masak cuma gara-gara tidur doang ? yang jelas dong”
“Gini ceritanya………”Luna mulai bercerita.

Skul 9 Juni 2006/ 08:00 wib
Gasi tak terlihat seperti dulu, tak seperti waktu pertama kali menatapnya. Ini untuk fisiknya, rambutnya yang seakrang tertata rapi, giginya yang putih dengan gingsul, matanya yang selalu bercahaya, penuh harapan, dan hidungnya yang pesek, masih memperlihatkan wajahnya yang berkelas dan tampan. Darah dusun ibunya masih sangat terasa, sangat terlihat dari matanya yang dari dulu, masih terlihat sedikit besar.
Sahabatnya banyak yang kaget dengan perubahan dari style-nya Gasi yang sangat mencolok. Dia bukan lagi Gasi yang dulu, ini bukan Gasi yang dulunya dekil, dan urakan. Sekarang Gasi sudah berubah menjelma menjadi seorang cowok yang. Bukan lagi
Setiap berjalan ia coba melenggang berjalan dengan langkah yang berkelas, tak terlalu cepat dan tak juga terlalu pengantin, sorot matanya tajam menatap kedepan, siap membuat semua wanita takluk dengan matanya. Tapi senyum sumringahnya langsung terpancar ketika seorang sahabat lama, menyapanya. Dua tahun di Jepang membuat dia sangat fenomenal.
“Aku enggak nyangka, kamu sudah bisa dandan sekarang” Luna tersenyum, menyinggung penampilan Dino sekarang.
“Aku juga bingung kenapa bisa ya….aku berubah kayak gini, ternyata bener kata kamu dulu, lingkungan akan merubah kamu, thanks Luna”Dino memeluk Luna, salah satu sahabatnya yang paling setia menunggu kembalinya dari jepang.
“Seekor anak musang yang buas, dekil dan kotor, akhirnya melakukan kegiatan manusia, dalam hal membersihkan diri, ternyata bunga sakura juga bisa untuk merubah penampilan………”Suara yang tidak asing untuk Dino, sindirannya yang khas dan selalu berhasil menusuk dengan tajam.
“Sapi….., masih make kata-kata sok sastrawan juga loe……pa kabar Gy…?”Dino menyambut teman satu bangkunya waktu di SMP.
“Heee….he….fine….sih, tapi gue jadi ngerasa udah mulai ngerasa aura enggak enaknya nih, ketika seekor srigala datang dan mulai bisa mengendus pastilah banyak mangsa gue yang lepas gara-gara srigala ini”bahasa penuh makna, mengalir lepas dari bibir Xegy. Sebenernya sih maksud Xegy dia takut aja kalau cewek-cewek yang selama ini milik dia harus pergi karena ada seekor srigala dari jepang merebutnya.
“Makan aja sama loe sendiri….gue enggak level men sama orang indonesia….sueerr”Dino mendongakkan kepalanya keatas berlagak angkuh.
“Anjiing…………..loe….”Xegy berlari mengejar Dino yang sudah ngibrit duluan, Luna sendiri ia Cuma bisa menatap kekonyolan dua sahabatnya dengan senyum simpulnya.
LUNA…………………..BANGUUUUNN……………BANGUUUNN……..
“Ah….ngapain sih….ganggu orang lagi mimpi aja neh…..tanggung neh lagi mimpi enak……”Luna masih belum sadar dengan tingkahnya yang tidur dikelas, dan mengigau, yang membuatnya harus meninggalkan pelajaran pertama, pelajaran fisika.
“HUUU….orang cuma tidur doank enggak boleh….”Luna mencibir gurunya, dan melangkah gontai keluar kelas.
“Kamu bilang APA……..????”teriak Bu siska…guru duper killer.
“Eehhh…ehh…..enggak bu………PIISSS”Luna langsung ngibrit keluar.
“Dasar, anak gak tahu diuntung…..sudah disuruh belajar, malah tidur”gerutu Bu Siska kesal.
“Dagang kali untung………….”Luna nongol dari jendela, meledek gurunya.

LUNAAAA………………………………..
***

Tawa….sekelompok cewek kelas XI memenuhi ruang kantin yang cukup luas. Cewek-cewek kelas XII yang merasa dirinya sudah yang paling hebat melirik sinis kearah bangkunya Luna dan teman-temannya duduk sambil mencibirkan bibirnya yang ingin sekali rasanya dibikin dower.
“Masih kelas XI aja dah belagu sok ngenantangin guru”Sindir Fara sedikit mengeraskan suaranya.
“Masak…. ?”Luna mengindahkan omongan gak berkelas Fara, yang mengaku dirinya Miss Universe sekolah, padahal ngomong inggris aja gak lancara.
“Heiii….lagi lengkap nih……”Xegy langsung duduk dan ikut nimbrung dimeja Luna.
“Iyaa….jadi lebih karena loe duduk disini”Rika menatap ketus Xegy.
“Oopss…okay gue nyingkir”Xegy berdiri dan celingak-celinguk melihat tempat yang kosong.
“Yeee….udah duduk aja disini”Luna membela Xegy.
“Oh ya…..loe kenapa kok bisa tidur dikelas tadi…?”tanya Xegy sambil masih melirik Rika yang menatapnya sinis.
“Apa…loe….mau gue gampar ?”Rika mengangkat tangannya.
“Sorry say….piiisss”
“Udah napa….”Luna menengahi.

Bel masuk berbunyi……
“Nah….sudah bel tuh..masuk gih….”Luna memerintah teman-temanya.
“Loe sendiri ?” tanya Mika, mengerutkan keningnya.
“Gak ah……mau ke perpus aja, daa…duluan gue…., eh.jangan lupa kalau sudah pulang samperin gue di perpus ya…”Luna mengarahkan kedua kakinya kearah perpus yang terletak dua gedung dari kantin.
Sebenernya agak aneh memang meletakan ruang perpustakaan agak jauh dari kelas-kelas murid. Walaupun alasan sekolah cukup masuk akal, itu dilakukan agar suasana tidak terlalu bising.
Luna agak mempercepat langkahnya di koridor kelas XI C, karena Luna tahu disana ada bu siska yang sedang mengajar. So kita cari aman dulu, Luna agak sedikit membungkukkan badannya didepan kelas XI C, Luna membungkuk dan mempercepat langkahnya. Terus….terus….dan terus….lewat juga akhirnya. Luna mengelus dadanya tenang.
LUNAAA……………………” jerit Bu Siska, yang mengetahui tindakan Luna yang cabut dari pelajaran.
“GAAAKK…… MAUUUUUUUUUU………..” Luna langsung lari ngibrit entah kemana, dalam sekejap ia sudah tidak terlihat dikoridor sekolah menuju perpus.
“Kok lari……mau ngasiin buku tugas juga” Bu Siska cuma bisa menatap kosong kekoridor dan buku tugas Luna yang masih ia pegang.
Luna terus berlari menelusuri koridor sekolah dengan kecepatan penuh, melewati ruang kepala sekolah, ruang BP, lapangan basket, gedung olahraga dan akhirnya berakhir di kantin dan langsung memesan teh botol dingin.
“ini nikmatnya sekolah” ucap Luna masih terengah-engah.
Tapi sayang nikmat sekolah yang dia maksud datang lagi, kali ini bukan ibu Siska yang lebih mirip tante-tante kiler yang didepannya. Amiiiiin………….banget memang karena yang didepannya bukan tante itu, tapi………!!! O M G, ini lebih gawat” Luna langsung menaruh botol kenikmatan pelepas dahaganya. Mengangkat kaki kanannya…..dan……..KABUR……………….TIDAK…………………..AMPUN…….Pak DULLOH………..piiiiiiiissssss………………….
Luna langsung kembali berlari kocar-kacir, kembali berolahraga siang. Memutar lapangan basket, memutari kembali parkir siswa, bebelok ke parkir guru, melewati pepustakaan yang ingin ia kunjungi tadi dan sekarang tidak. Dan terus berlari tanpa melihat belakang, trus berlari dengan menutup mata, terus berlari menghindar kematian (Walau itu sebenarnya enggak mungkin) dan terus berlari…..terus…..terus……….terus…..semakin jauh…jauh……lurus kedepan…………
BRAAK……….aaahh………….
“Gila loe ye……..pake mata dong” satu makian yang langsung membuat Luna tersontak. Walaupun matanya tetap terus menatap lantai koridor, mengatur napasnya yang sudah kocar ancur, mengumpulkan kembali tenaganya yang telah hilang bersama derap kakinya yang melaju kencang, dan mengatur kata-katanya untuk dimuntahkan dan memaki kembali bajingan tengik yang telah menghalangi jalannya. Hingga akhirnya Luna harus tertangkap oleh Pak Dulloh guru matematika dengan kumis tebal ala Pak Raden dan tangan kekar ala Ade Rai, dengan mudah menarik kerah baju Luna hingga ia terangkat dari duduknya.
“Mampus…belek aja sekalian Pak….” Cowok ngehe’ itu malah memanas-manasi suasana.
“Leher kamu yang saya belek” Pak Dulloh bukannya mendengar omongan Cowok brengsek itu, eh….malah memaki balik.
“Mang….enak…..” Luna tersenyum sinis.
“Bodo…” cowok sialan itu, langsung berbalik dan melangkah pergi.
“Awa.loe………gue matiin…entar……” maki Luna sadis.
“Kamu yang akan mati duluan” Luna langsung diseret Pak Dulloh keruang BP, dimana itu tempat ia dan komplotannya berkumpul. Komplotan yang semuanya orang berkumis dan berbadan kekar, hee….hee….maklum rata-rata dari mereka kerajingan fitnes.
“Yah……….ini lagi, enggak ada yang punya penyakit yang laen apa sekolah kita ini” ledek Pak Sukro, penjahat kelamin yang sukanya dengan daun muda menyindir Luna.
“hhhmm……belum tahu aja loe siapa gue….loe berlima yang badanya segede gentong gajah ini juga gue lawan fuck….bacot loe semua bau kalau ngatain gue” geram Luna, yang enggak terima dianggap enteng.
Dua jam sudah Luna didalam ruang ngehe’ yang enggak ada sejuk-sejuknya. Kacrutnya didalam dia Cuma disuruh duduk doank tanpa suguhan minum dan makanan yang cukup buat menambal perutnya yang kehabisan tenaga, habis joging melelahkan tadi. Hehee…..hee…joging katanya dasar geblek.
Dalam hitungan tiga, dengan modal nekat dan sok berani, Luna berdiri dari duduknya, mengendap-endap…….dan KABUUUURRR……….
CIIIITTT……”Luna berhenti dari larinya.
“Loh…..kok enggak ada yang ngejar”Luna jadi bingung dan mengendus-endus lantai. “Enggak ada bau bajingan tengik itu”
Luna lalu berjalan kembali keruang pengap tai itu, mengintip, celingak-celinguk.
“Anjriiitt…..sialan banget, pada tidur….kalau tau dari tadi dah…gue cabutnya” Luna berjalan santai, tapi sampai dikelasnya……..
“Ngehe’…….dah pada balik…..?” Luna mengerutu sendiri.
Langkah gontainya menelusuri koridor sekolah yang sudah sepi…sepi sekali, cuma Pak Saha dan Ibu Eta, sepasang suami istri penjaga sekolah yang ia temui. Di parkir guru, Luna melihat gerombolan guru yang enggak manusiawi.
“Pulang sendirian ?” sebuah kalimat yang dalam dan langsung menusuk hati.
“Sialan…..” sungut Luna, langsung mempercepat langkahnya.
Dihalte
Kejadian hari ini sangat melelahkan buat Luna, sebuah kesialan dibalik hobinya yang sering membangkang dan berlari. Semenjak ia menemukan hobinya tidur dikelas dan melawan guru betisnya kini tjadi terasa dua,tiga,empat sampai sepuluh kali lipat lebih gede.
Sampai di Halte, Luna langsung menghempaskan tubuhnya di bangku halte yang keras terbuat dari besi yang mulai berkarat.
“Fhuu….letih, capek, lelah….enggak ada yang jual air lagi” keluh Luna memijit-mijit betis kakinya yang sudah membesar.
“Haus….?” Seseoran menyodorkan sebotol air mineral yang sangat diharapkan Luna.
“Makasih….” Jawab Luna tanpa menoleh sedikitpun ke yang empunya.
“Makanya…jadi cewek yang lembut dikit…jangan suka berbuat yang nyeleneh”
“Loe belum….balik Xeg….”Luna mengalihkan pembicaraan. Ternyata tanpa perlu melihat siapa orangnya dari suaranya aja Luna sudah tahu kalu itu Xegy.
“Dibilangin malah ngalihin pembicaraan, udahlah…gue duluan”Xegy langsung menyetop bus.
“Eh….gila….tunggu”Luna langsung mengejar bus-nya.
Bus yang penuh sesak, dan bau yang menyengat. Wuiiihh…apalagi kalau bukan dari ketek-ketek para penumpang yang pada enggak pake deodorant…(Haaahhhhaaa…mungkin). Tapi rasa sesak dan bau ketek itu enggak akan pernah bisa menghentikan kegilaan Luna dan Xegy akan angkutan yang ini, coz penuh tantangan dan bisa melatih pernapasan karena kita akan menahan napas dari awal naek sampe turun yang penting murah cuy. BUSWAY…??? NO Way…..gak da tantangannya plus mahal, kan kantong anak sekolah terbatas tapi enggak buat mereka yang tinggal di perumahan elite sama apartemen.
“Gila…loe…bisa naek juga” sindir Xegy kena.
“Loe kira Luna Prisma, baru kali ini naik bus” Luna langsung loncat keluar.
“LUNAAA………”teriak Xegy, walau akhirnya Luna enggak apa-apa.
Luna langsung, berlari lagi menuju rumahnya, kayaknya sih lari sudah jadi kegiatan favoritnya setelah kejadian di skeolahnya tadi.
Balik lagi ke Xegy, mahluk satu ini enggak langsung balik kerumahnya, tapi dia malah mampir dulu kerumah temennya, cowok….(Haa….cowok ?). tapi entar dulu jangan mentang-mentang dia mau kerumah cowok bukan berarti dia homo……..xegy mau kerumah temen lamanya.
“Misiiiiiiiii………”teriak Xegy, setelah sampai dan berada tepat didepan pagar, rumah temennya.
“Yaa..ya…bentar”suara sautan dari dalam rumah, terdengar jelas dan cukup cempreng.
“Dino mana Bi ?”
“Ada dikamar langsung masuk aja”
“Ya ialah…emang siapa yang mau diem disini, panas tahu” Xegy malah ngeledek Bi Sarah dan langsung ngibrit masuk, takut Bi Sarah nyerang balik ( Dalam kasus ini, kenapa disetiap sebuah tulisan sinetron, novel dan film selalu saja nama pembantu suatu keluarga itu jelek dan agak kampungan, so’ kita rubah neehh, coz enggak semua pembantu namanya jelek).
“Huu…dasar anak muda jaman sekarang endak tahu sopan santun, wes geblek kabeh” gerutu Bi Sarah sendirian.
“Makanya saya sekolah biar enggak geblek……”Xegy yang mendengar gerutuan Bi Sarah langsung menyahut.
Dino ? dalam mimpi Luna kita pernah membahasnya. Yup …Dino adalah sahabat dekat dari Xegy dan Luna dari SMP, Dino memang benar-benar berubah dalam hal penampilannya sekarang, bodo amat style kayaknya sudah dia buang jauh-jauh. Penampilannya sekarang jepang banget, paduan baju dengan warna-warna terang dan matanya yang sedikit sipit hampir membuatnya sangat mirip dengan orang jepang, itupun akan berhasil kalau saja kulitnya sedikit lebih putih, tidak kuning langsat seperti sekarang.
“Luna mana ?”tanya Dino setelah Xegy berada didalam kamarnya.
“Tahu dia tadi langsung balik, padahal udah gue panggil udah gue tungguin, eh malah tadi langsung loncat aja dari bus”jelas Xegy rinci banget.
“Wuiihh…tambah gila aja tuh anak, masi tukang tidur gak tuh bocah ?” Dino, sepertinya kangen dengan kebodohon dan kegilaan Luna.
“Halah…gak usah komentarin dia, sekarang yang penting mana oleh-oleh gue ?”Xegy langsung menuju sebuah bungkusan besar yang ada didekat lemari Dino. Tangan geratakan Xegy langsung membongkar isi bungkusan itu, tapi tak ada apa-apa yang ia temukan Cuma puluhan pakaian kotor, mungkin bekas Dino waktu dijepang, hueekks…baunya, Xegy langsung memasukkan lagi baju super bau itu.
“Makanya tangan tuh jangan geratakan” Dino ketawa sendiri melihat Xegy menahan bau dari baju yang sudah ia pendam selama berminggu-minggu.
“Tai…lu”
***
Skul 10 Juni 2006/ 08:30

Mendung menyelimut, langit mulai hitam pekat tapi hujan tetap saja belum kunjung datang. Melati di taman sekolah sudah tetunduk layu menanti hujan. Luna….., dimana Luna sekarang ? bingung, semua orang dikelasnya sibuk mencari satu buah sontoloyo yang hilang ini, tasnya sih ada…..tapi entah orangnya kemana, dari awal pelajaran tadi sampe sekarang sudah istirahat kedua penjahat kelas kakap itu belum juga ditemukan batang hidungnya.
Karena ini sebuah rahasia, tak ada satupun dari siswa kelas Luna yang melapor ke guru. Karena hampir semua teman Luna tahu, kalau kasus ini dilaporkan habislah riwayat Luna, semua kisah dan kasih kejahatan dan kebadungannya akan berakhir.
“Wooii…emang enggak ada yang ngeliat Luna kemana apa ?”Xegy yang bukan penghuni kelas Luna, langsung masuk dan uring-uringan dikelas orang.
“HUuuuu………….” Hampir seisi kelas menyoraki Xegy.
“Pada kampret lu ye…..gue tanya baek-baek” Xegy langsung ngibrit pergi setelah ia memaki sesaat penghuni kelas, karena ia tahu beberapa detik ia terlambat kabur, bisa hancur mukanya. Dikejahuan Xegy sedikit mendengar maki-makian para setan remaja kelasnya Luna.
“Amin….Amin, untuk gue keburu pergi” Xegy bersyukur dengan tindakan cepatnya.
Tapi kemana Luna sekarang ? gila juga, manusia yang enggak bisa diem kayak dia bisa ngilang, letak gilanya sampe satu sekolah enggak ada yang tahu, biasanya sih tanya sama satu orang anak juga pasti ada yang melihat jejaknya. Tapi, sekarang kemana bocah tengik itu.
“Kalau aja sekolah ini ada anjing pelacak, pasti sudah ditemukan monyet sialan itu” sungut Xegy kesal.
Bel pertanda kalau sekolah telah selesai, telah berbunyi, tapi Luna masih saja belum ada yang menemukannya. Sebagian dari temannya yang sudah putus asa, memutuskan untuk pulang, karena mereka capek dengan tingkah Luna yang gak jelas kayak gini. Tapi sebagian lagi masih ada yang tetap mencari disemua tempat yan paling mungkin untuk dilakukan untuk tidur. Kenapa tempat untuk tidur ? coz, ini dari pengalaman, Luna biasanya kalau ngilang kayak gini pasti dia pergi buat cari tempat untuk tidur, apa lagi kalau bukan untuk itu.
Karena ini sudah sangat gawat, akhirnya Bingo, sang ketua kelas Luna, melaporkan semua ini ke guru dan wali kelas. Pencarian pun semakin gencar, hampir semua penghuni sekolah dan instansi terkait ( apa seehh…GJ ) ikut membantu, enggak ketinggalan Pak Saha dan Bu Eta turut membantu mencari. Kayaknya memang sudah benar-benar gawat.
Suhu udara semakin panas, sudah beberapa botol air mineral telah diminum oleh Cika teman sebangku Luna, yang masih tetap betah mencari jejak Luna. Rasa penasaran dan kesal yang sudah sampai diatas normal, yang membuat Cika tetap melakukan penelusuran jejak hantu cilik itu.
“Loe ngapain sih, lagi dapet ya ?” selidik Xegy, sambil menyipitkan sedikit matanya, ia melihat dari tadi Cika merapatkan kakinya dan terus memegangi pinggangnya.
“Kurang ajar loe, belum awal bulan tahu, gue kan dapetnya tiap awal bulan” Cika menyangkal tuduhan Xegy.
“Oohhh….jadi tiap awal bulan toh dapetnya, terus itu ngapain ?”
“Aku mau pipis……..nih” ucap Cika sok dibikin manja.
“Dasar idiot, ya ketoilet sana, ngapain loe tahan-tahan kena kanker rahim tar loh” ucap Xegy, menakut-nakuti Cika.
“Waaaahhh….gitu ya, yo wes gue ketoilet dulu ya…..”Cika langsung berlari kecil menuju toilet sekolah, enggak kebanyakan toilet sekolah lain, yang bau dan kotor. Justru ditoilet sekolah ini semua terlihat bersih dan nyaman, wangi lavender selalu tercium dari gantungan pewangi ruangan toilet ini, dan ini juga berlaku untuk toilet cowok.
AAARRGGGGGHHHHHHHH……………………..XEGGGGYYY………….
Terdengar teriakan Cika dari dalam toilet, yang membuat semua team ekspedisi pencarian jejak Luna berhamburan menuju toilet.
“Haahhaaa….mampus loe kepeleset pasti” Xegy, tertawa dalam hati. Ia lalu berjalan santai menuju toilet.
Sampai didalam toilet sepertinya perkiraan Xegy benar, banyak kru team ekspedisi pencarian jejak Luna yang ketawa ngakak, tapi, anehnya kok Pak Memet wali kelas Luna malah melotot, sampai semua retina, air matanya mau keluar. Begegas Xegy menerobos kerumunan kru-kru.
“Anjriiiiitttt………” ucap Xegy terperangah kaget. Didalam toilet diatas closet duduk, terlihat Luna sedang tidur dengan pulasnya, parahnya kayaknya ini semua sudah terencana, karena dibelakang kepalanya ada sebuah bantal tidur. Bener-bener edan.
“Cepet…bangunin” Pak Memet, mendorong Xegy kedalam toilet. Sebelumnya Xegy menyuruh semua orang untuk menyingkir dan keluar dari dalam toilet, lalu Xegy meneluarkan Super TOA dari tasnya, menarik napas dalam-dalam dan…….
LUUUUUUUNNNNAAAAAAAAAA………………….
BAAAAANGUUUUUUUUUUNNN………………
Semua urat Xegy keluar, kuping berdengung, dan jantung ikut berdetak kencang.
“WHhoooaaaaa……dah balik sekolah cuy” Luna membuka matanya.
“Anjriit…loe, hati-hati aja loe diluar ada Pak Memet, kayaknya riwayat loe berakhir hari ini” Xegy berlalu keluar toilet, diluar terlihat semua kru Team Ekspedisi Pencarian Jejak Luna dan enggak ketinggalan Pak Memet, meniup-niup kuping mereka. Xegy Cuma tertawa geli melihatnya dan berlalu untuk pulang, sambil mencopot pengedap suara dari kupingnya.
***
“Gitu….tuh ceritanya” Luna menyudahi ceritanya.
“Loe aja yang kebangetan, gila loe enggak ilang-ilang tahu gak” Dino, tertawa geli, dan iapun meninggalkan Luna sendirian dikamarnya, sambil merutuk Dino karena menertawakannya.
“Tapikan sekarnag lagi Piala Dunia jadi wajar dong, gue ngatuk berat” Luna masih mau menang sendiri.
“Yaa….tetep aja loe kebangetan” sahut Dino dari ujung pintu kamar.

angin di daun pohon

Angin di daun Pohon

Alasan mengapa orang-orang memanggilku “Pohon” karena aku sangat baik dalam menggambar pohon. Setelah itu, aku selalu menggunakan gambar pohon pada sisi kanan sebagai trademark pada semua lukisanku. Aku telah berpacaran sebanyak 5 orang wanita ketika aku masih di SMA.

Ada satu wanita yang aku sangat aku cintai, tapi aku tidak punya keberanian untuk mengatakannya. Dia tidak memiliki wajah yang cantik, tubuh yang sexy, dan sebagainya. Dia sangat peduli dengan orang lain dan religius. Tapi dia hanya wanita biasa saja.

Aku menyukainya, sangat menyukainya, menyukai gayanya yang innocent dan apa adanya, kemandiriannya, aku menyukai kepandaiannya dan kekuatannya.

Alasan aku tidak mengajaknya kencan karena aku merasa dia yang sangat biasa dan tidak serasi untukku. Aku juga takut, jika kami bersama semua perasaan yang indah ini akan hilang. Aku juga takut kalau gosip-gosip yang ada akan menyakitinya. Aku merasa dia adalah “sahabatku” dan aku akan memilikinya tiada batasnya dan aku tidak harus memberikan semuanya hanya untuk dia.

Alasan yang terakhir, membuat dia menemaniku dalam berbagai pergumulan selama 3 tahun ini. Dia tau aku mengejar gadis-gadis lain, dan aku telah membuatnya menangis selama 3 tahun.

Ketika aku mencium pacarku yang kedua, dan terlihat olehnya. Dia hanya tersenyum dengan berwajah merah dan berkata “lanjutkan saja…” dan setelah itu pergi meninggalkan kami. Esoknya, matanya bengkak, dan merah…

Aku sengaja tidak mau memikirkan apa yang menyebabkannya menangis, but aku tertawa dengannya seharian. Ketika semuanya telah pulang, dia sendirian di kelas untuk menangis. Dia tidak tahu bahwa aku kembali dari latihan sepakbola untuk mengambil sesuatu di kelas, dan aku melihatnya menangis selama sejaman.

Pacarku yang ke-4 tidak menyukainya. Pernah sekali mereka berdua perang dingin, aku tahu bukan sifatnya untuk memulai perang dingin. Tapi aku masih tetap bersama pacarku. Aku berteriak padanya dan matanya penuh dengan air mata sedih dan kaget. Aku tidak memikirkan perasaannya dan pergi meninggalkannya bersama pacarku. Esoknya masih tertawa dan bercanda denganku seperti tidak ada yang terjadi sebelumnya. Aku tahu bahwa dia sangat sedih dan kecewa tapi dia tidak tahu bahwa sakit hatiku sama buruknya dengan dia, aku juga sedih.

Ketika aku putus dengan pacarku yang ke-5, aku mengajaknya pergi. Setelah kencan satu hari itu, aku mengatakan bahwa ada sesuatu yang ingin kukatakan padanya. Dia mengatakan bahwa kebetulan sekali bahwa dia juga ada sesuatu yang ingin dia katakan padaku. Aku cerita padanya tentang putusnya aku dengan pacarku dan dia berkata tentang dia sedang memulai suatu hubungan dengan seseorang. Aku tahu pria itu. Dia sering mengejarnya selama ini. Pria yang baik, penuh energi dan menarik.

Aku tak bisa memperlihatkan betapa sakitnya hatiaku, tapi hanya bisa tersenyum dan mengucapkan selamat padanya. Ketika aku sampai di rumah, sakit hatiku bertambah kuat dan aku tidak dapat menahannya. Seperti ada batu yang sangat berat di dadaku. Aku tak bisa bernapas dan ingin berteriak namun tidak bisa.

Air mata mengalir dan aku jatuh menangis. Sudah sering aku melihatnya menangis untuk pria yang mengacuhkan kehadirannya.

Ketika upacara kelulusan, aku membaca SMS di handphone-ku. SMS itu dikirim 10 hari yang lalu ketika aku sedih dan menangis.

SMS itu berbunyi, “Daun terbang karena Angin bertiup atau karena Pohon tidak memintanya untuk tinggal?“

DAUN

Selama SMA, aku suka mengoleksi daun-daun, kenapa? Karena aku merasa bahwa daun membutuhkan banyak kekuatan untuk meninggalkan pohon yang selama ini ditinggali.

Selama 3 thn di SMA, aku dekat dengan seorang pria, bukan sebagai pacar tapi “Sahabat”. Tapi ketika dia mempunyai pacar untuk yang pertama kalinya, aku mempelajari sebuah perasaan yang belum pernah aku pelajari sebelumnya, CEMBURU. Perasaan di hati ini tidak bisa digambarkan dengan menggunakan Lemon. Hal itu seperti 100 butir lemon busuk. Mereka hanya bersama selama 2 bulan. Ketika mereka putus, aku menyembunyikan perasaan yang luar biasa gembiranya. Tapi sebulan kemudian dia bersama seorang gadis lagi.

Aku menyukainya dan aku tahu bahwa dia juga menyukaiku, but mengapa dia tidak mau mengatakannya? Sejak dia mencintaiku, mengapa dia tidak yang memulainya dulu untuk melangkah? Ketika dia punya pacar baru lagi, hatiku selalu sakit. Waktu berjalan dan berjalan, hatiku sakit.

Aku mulai mengira bahwa ini adalah cinta yang bertepuk sebelah tangan, tapi mengapa dia memperlakukanku dengan sangat baik di luar perlakuannya hanya untuk seorang teman?

Menyukai seseorang sangat menyusahkan hati, aku tahu kesukaannya, kebiasaannya. Tapi perasaannya kepadaku tidak pernah bisa diketahui. Kau tidak mengharapkan aku sebagai seorang wanita untuk mengatakannya bukan?

Di luar itu, aku mau tetap di sampingnya, memberinya perhatian, menemaninya, dan mencintainya. Berharap, bahwa suatu hari, dia akan datang dan mencintaiku. Hal itu seperti menunggu telponenya setiap malam, mengharapkannya untuk mengirimku SMS. Aku tau sesibuk apa pun dia, dia pasti meluangkan waktunya untukku. Karena itu, aku menunggunya. 3 tahun cukup berat untuk kulalui dan aku mau menyerah. Kadang aku berpikir untuk tatap menunggu. Luka dan sakit hati, dan dilema yang menemaniku selama 3 tahun ini.

Ketika diakhir tahun ke-3, seorang pria mengejarku, dia adalah adik kelasku, setiap hari dia mengejarku tanpa lelah. Dari penolakan yang telah dia tunjukkan, aku merasa bahwa aku ingin memberikan dia ruang kecil di hatiku.

Dia seperti angin yang hangat dan lembut, mencoba meniup daun untuk terbang dari pohon. Akhirnya, aku sadar bahwa aku tidak ingin memberikan Angin ini ruang yang kecil di hatiku.

Aku tau Angin ini akan membawa pergi Daun yang lusuh jauh dan ke tempat yang lebih baik. Akhirnya aku meninggalkan Pohon. Tapi Pohon hanya tersenyum dan tidak memintaku untuk tinggal, aku sangat sedih memandangnya tersenyum ke arahku.

“Daun terbang karena Angin bertiup atau Pohon tidak memintanya untuk tinggal?”

ANGIN

Karena aku menyukai seorang gadis bernama Daun, karena dia sangat bergantung pada Pohon, jadi aku harus menjadi Angin yang kuat.

Angin akan meniup Daun terbang jauh. Ketika aku pertama kalinya, ketika 1 bulan setelah aku pindah sekolah. Aku melihat seorang memperhatikan kami bermain sepakbola. Ketika itu, dia selalu duduk di sana sendirian atau dengan teman-temannya memerhatikan Pohon. Ketika Pohon berbicara dengan gadis-gadis, ada cemburu di matanya. Ketika Pohon melihat ke arah Daun, ada senyum di matanya. Memperhatikannya menjadi kebiasaanku, seperti daun yang suka melihat Pohon. Satu hari, dia tidak tampak, aku merasakan kehilangan.

Seniorku juga tidak ada saat itu, Aku pergi ke kelas mereka, melihat seniorku sedang memperhatikan daun. Air mata mengalir di mata daun ketika Pohon pergi, besoknya, aku melihat Daun di tempatnya yang biasa, memperhatikan Pohon. Aku melangkah dan tersenyum padanya. Menulis catatan dan memberikan kepadanya. Dia sangat kaget.

Dia melihat ke arahku, tersenyum dan menerima catatanku. Besoknya, dia datang, menghampiriku dan memberiku catatan. “Hati Daun sangat kuat dan Angin tidak bisa meniupnya pergi, hal itu karena Daun tidak mau meninggalkan Pohon.” Aku melihat ke arahnya dengan kata-kata tersebut dan pelan dia mulai berkata padaku dan menerima kehadiranku dan teleponku.

Aku tahu orang yang dia cintai bukan aku, tapi aku akan berusaha agar suatu hari dia menyukaiku. Selama 4 bulan, aku telah mengucapkan kata Cinta tidak kurang dari 20 kali kepadanya. Setiap kali dia mengalihkan pembicaraan… tapi aku tidak menyerah, aku memutuskan untuk memiliki dia dan berharap dia akan setuju menjadi pacarku.

Aku bertanya, “apa yang kau lakukan? Kenapa kau tidak pernah membalas?” Dia berkata, “aku menengadahkan kepalaku”.

“Ah?” Aku tidak percaya apa yang aku dengar.

“Aku menengadahkan kepalaku” dia berteriak.

Aku meletakkan telepon, berpakaian dan naik taxi ke tempat dia, dan dia membuka pintu, aku memeluknya kuat-kuat.

“Daun terbang karena tiupan Angin atau karena Pohon tidak memintanya untuk tinggal”.

kesetiaan



Kesetiaan itu milik para wanita .... ah tidak juga ... banyak juga para wanita yang selingkuh. Kesetiaan itu milik para pria ... ah apalagi pria ... lebih banyak pria yang berselingkuh.

Kesetiaan itu adalah milik kekuatan komitmen. Ya .. diawali dengan kesadaran untuk memiliki komitmen untuk memulai kehidupan rumah tangga dengan suatu komitmen. Sadar apa yang harus dilakukan untuk menunjukkan kesetiaan itu kapan dan dimana saja. Sadar bagaimana konsekuensi ketidaksetiaan kepada pasangan hidup. Sadar bahwa kesetiaan adalah sesuatu yang sangat mahal. Sadar bahwa kesetiaan itu adalah nyawa dalam kehidupan rumah tangga.

Kesadaran itu harus diiringi dengan kemauan yang kuat untuk menjaga komitmen kesetiaan itu. Semakin kuat kemauan untuk setia, maka semakin kuat kaum lelaki maupun kaum perempuan untuk saling menjaga komitmen kesetiaan itu. Komitmen itu harus dipahami dengan baik. Tidak ada beda penafsiran tentang arti dan isi komitmen setia itu. Sedikit saja beda penafsiran berarti bibit perusak kesetiaan itu mulai tumbuh.

Komitmen itu juga harus senantiasa ditinjau ulang, dievaluasi, dilihat kembali. Apakah komitmen itu harus diperbaharui. Setiap masa akan menghadapi suasana baru yang pasti akan mengantarkan pula bagaimana setiap manusia memandang kehidupan. Hidup itu dinamis, maka komitmen itu harus diselaraskan dengan masa. Pandangan awal tentang kehidupan telah menjadikan model komitmen sesuai dengan masanya, pada masa berikutnya model komitmen itu layak untuk diperbaharui, layak untuk dilihat kembali, minimal untuk mengingatkan bahwa setiap keluarga punya komitmen.... komitmen untuk saling setia.

Kesetiaan itu milik bersama. Para pria sebagai suami harus memiliki kesetiaan sebagaimana para wanita sebagai istri juga memiliki kesetiaan. Tidak ada yang harus dituntut lebih untuk memiliki kesetiaan itu. Harus adil. Saat berdekatan maupun berjauhan, kesetiaan itu adalah milik bersama. Tidak serta merta, suami yang berada di luar rumah harus lebih setia daripada wanita yang ada di rumah, atau bahkan sebaliknya.

Kesetiaan itu adalah kepercayaan. Sejauh apapun, selama apapun, sekacau apapun, kesetiaan adalah bentuk kepercayaan suami kepada istri, dan sebaliknya. Kepercayaan adalah bentuk lain dari cinta. Namun kepercayaan itu harus terjaga. Dengan apa menjaganya? Dengan DOA. Ya... dengan doa, kepercayaan kepada Allah SWT, Sang Pemilik Seluruh Makhluk, bahwa kita percayakan, kita serahkan pasangan hidup kita pada-Nya. Bahwa pasangan kita akan tetap setia, karena kita percaya, bahwa Allah juga yang akan memelihara kepercayaan kita pada pasangan kita. Sangat mungkin jika Dia akan menyampaikan tanda-tanda kesetiaan atau ketidaksetiaan pasangan kita dengan cara-Nya.

Kesetiaan itu harus melewati rentang waktu dan ujiannya. Rentang waktu memberi ruang kepada setiap pasangan untuk membuktikan kesetiaan. Setiap ujian harus dihadapi, bahkan terkadang kegagalan menghadapi ujian adalah pupuk yang sangat mujarab untuk memperkuat kesetiaan. Namun bukan berarti kegagalan menghadapi ujian yang senantiasa terulang. Jika demikian, perlu dipertanyakan, mengapa bisa terus berulang, jangan-jangan memang telah menjadi bibit ketidaksetiaan. Setiap pasangan yang belum menghadapi ujian kesetiaan seharusnya tidak banyak berpuisi cinta, karena puisi cinta hanya milik mereka yang telah teruji kesetiaannya.

Kesetiaan adalah kekal. Kesetiaan itu dibawa mati. Bahkan cukup banyak fenomena yang menjadi pelajaran bagi kita, bahwa sangat banyak para pria yang tidak memiliki keinginan mencari pasangan hidup yang baru saat ditinggal pasangan hidup sebelumnya. Karena dia ingin setia kepadanya. Banyak pula para pria yang ingin segera menyusul istrinya yang pergi mendahului menghadap Robbul Izzati, demikian pula para wanita. Yang dirasakan begitu hampa tanpa didampingi oleh pasangan hidup yang mendampingi dengan penuh kesetiaan.

--- *** ---

Pertanyaannya : Apakah Kita Telah Belajar untuk Menunjukkan Kesetiaan kepada Pasangan Hidup Kita, Saat Kita Bersama maupun Saat Kita Berjauhan dengannya?

Ya... Robbi ... Ilhami Rasa Cinta Hamba-Mu ini dengan Kesetiaan yang Penuh Kejujuran kepada Pasangan Hidup Kami ....

makna kesetiaan



Apakah yang makna dari sebuah kesetiaan (loyalty)? Bagaimanakah wujud dari sebuah kesetiaan? Pada artikel ini saya ingin mengajak pembaca untuk menganalisis makna kesetiaan saat ini. Ternyata kesetiaan terdiri dari tiga bentuk, yaitu kesetiaan pelanggan, kesetiaan karyawan, dan kesetiaan investor. Ternyata ketiga jenis kesetiaan tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan saling terkait satu dengan yang lainnya.

Suatu siang di kantor saya, saya menerima telepon dari seorang teman lama. Teman saya ini, seorang direktur pengembangan bisnis sebuah perusahaan cukup ternama, mengatakan kepada saya dengan gembira bahwa dia baru saja terlepas dari sebuah beban yang selalu menghantui pikirannya. Saya masih belum mengerti apa maksud dan arah pembicaraannya. Akhirnya dia mengungkapkan bahwa dia baru saja berhenti sebagai direktur pengembangan bisnis di perusahaan tsb. Saya cukup terperangah mendengar berita itu, mengingat teman saya ini menurut saya adalah seseorang dengan visi bisnis yang sangat baik. Tetapi ada satu hal lagi yang membuat saya lebih terperanjat, dia mengucapkan terima kasih kepada saya atas segala saran yang saya berikan sehingga dia sampai kepada keputusannya itu.

Saya mengingat kembali perkenalan saya dengan teman saya ini, kira-kita tahun 1996. Waktu itu teman saya ini adalah seorang manajer pemasaran sebuah perusahaan software house yang menjadi business partner dari sebuah software ternama di dunia. Setahun yang lalu, pada tahun 1999, saya mendapat kabar bahwa dia mendapat tawaran menjadi seorang direktur pengembangan bisnis pada sebuah perusahaan, tempat dia bekerja sampai dia menelepon saya hari itu.

Kira-kira beberapa bulan yang lalu, pada suatu kesempatan makan siang bersama, teman saya ini minta saran dan pendapat saya mengenai strategi pengembangan bisnis yang dia lakukan pada perusahaan tsb. Sebagai seorang teman, saya memberikan pendapat dan saran terhadap strategi yang diterapkannya. Lebih lanjut dia menanyakan, apa yang harus dia lakukan jika kita terbentur dengan banyak hal dalam menjalankan strategi tersebut. Dengan sederhana dan enteng saya jawab, jika benturan itu berasal dari faktor eksternal perusahaan, maka itu adalah sesuatu yang harus dipecahkan bersama.

Tetapi jika benturan tersebut berasal dari faktor internal perusahaan (misalnya pihak manajemen lainnya dan para investor), maka ada dua pilihan. Pilihan pertama berusaha untuk memperbaiki kondisi internal tsb. sebaik-baiknya sehingga mencapai kondisi yang kompromis dengan strategi yang dijalankan.

Pilihan kedua adalah, jika kondisi kompromis tersebut tidak tercapai, maka sebaiknya kita keluar dari sistem. Pilihan kedua ini dilakukan bukan karena dasar emosi atau sejenisnya, melainkan diakibatkan oleh perbedaan visi semata dan tetap menjaga hubungan baik dengan perusahaan tadi. Perbedaan visi adalah sesuatu yang lumrah dan bukanlah suatu kesalahan atau dosa, dan mengundurkan diri secara baik-baik dari perusahaan adalah suatu jalan yang paling bijaksana.

Kasus teman saya ini mengingatkan saya pada teori kesetiaan yang diungkapkan oleh Frederick F. Reichheld, Direktur Bain & Co., sebuah perusahaan konsultan ternama di dunia, dalam bukunya yang berjudul “The Loyalty Effect, the Hidden Force Behind Growth, Profits, and Lasting Value”, yang diterbitkan pada tahun 1996. Lebih lanjut, Reichheld juga menulis artikel yang berjudul “E-Loyalty” yang diterbitkan dalam Harvard Business Review edisi Juli – Agustus 2000.

Menurut Frederick F. Reichheld, kesetiaan itu terdiri dari tiga bentuk seperti yang saya singgung pada awal artikel ini, yaitu kesetiaan pelanggan, kesetiaan karyawan, dan kesetiaan investor. Ketiga jenis kesetiaan tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan saling terkait satu dengan yang lainnya. Mari kita lihat bagaimana korelasinya satu dengan yang lainnya.

Kesetiaan pelanggan dapat terlihat dari seringnya pelanggan melakukan pembelian berulang (repeat order) terhadap produk-produk yang dijual oleh perusahaan. Ini bisa terjadi apabila pelanggan sangat menyadari bahwa nilai (value) yang diberikan oleh produk perusahaan sangat bermakna untuk dirinya. Jika pelanggan merasa bahwa produk yang diberikan oleh perusahaan nilainya rendah, maka tentu pelanggan tidak akan membeli produk itu lagi. Ini berarti, kesetiaan pelanggan tidak diperoleh oleh perusahaan tsb.

Sebaliknya, jika kesetiaan pelanggan sudah diperoleh, maka perusahaan dapat berkonsentrasi kepada pengembangan bisnis baru atau pertumbuhan (growth). Pertumbuhan perusahaan yang tinggi akan menarik minat para karyawan, dan karyawan merasakan bahwa perusahaan dapat dijadikan pegangan untuk tumbuh-kembang bersama dalam hidupnya. Seiring dengan pertumbuhan yang tinggi, tentu perusahaan sanggup memberikan remunerasi yang tinggi pula untuk para karyawannya. Kondisi ini akan menciptakan kesetiaan karyawan kepada perusahaan. Jika kondisi ini tercapai, maka karyawan akan terpacu untuk selalu mengadakan perbaikan berkesinambungan (continuous improvements) untuk menciptakan nilai yang lebih tinggi lagi untuk pelanggan mereka.

Jika pertumbuhan perusahaan yang tinggi tetap terjaga dengan baik, maka ini akan menarik minat investor untuk menanamkan modalnya. Investor tidak akan segan-segan melakukan penambahan dana, menyetor modal, dan sebagainya. Jika kondisi ini tercapai maka inilah yang disebut dengan kesetiaan investor. Jika perusahaaan terus mendapatkan suntikan dana baru dan investor baru, maka dia dapat mengembangkan bisnisnya dan menciptakan pertumbuhan yang lebih tinggi lagi.

Jika kita lihat, ketiga jenis kesetiaan ini akan membentuk suatu mata rantai yang saling terkait, tidak ada putusnya, dan ketiganya harus selalu dijaga tanpa ada prioritas, karena semuanya penting. Tetapi terlihat, titik awalnya adalah nilai dari produk yang ditawarkan kepada para pelanggan.

Kembali ke kasus teman saya tadi, dia merasa adanya benturan-benturan yang membuat dia tidak leluasa mengembangkan strategi pengembangan bisnis yang dia yakini dapat memberikan nilai yang tinggi untuk pelanggannya. Benturan ini terjadi dengan pihak internal organisasi, yaitu para pemegang saham.

Maka, jika berpedoman kepada model Reichheld ini, menurut saya secara otomatis dia tentu tidak lagi melihat pertumbuhan yang memiliki prospek pada perusahaan tsb. Walaupun ini masih dapat diperdebatkan, tetapi persepsi yang terbentuk bisa saja demikian, dan itu sah-sah saja. Pada kondisi seperti itu, susah untuk mengharapkan kesetiaan dari karyawan, dan akhirnya teman saya tadi mengundurkan diri sebagai direktur pengembangan bisnis dari perusahaan tsb. Ini adalah sesuatu yang wajar menurut teori kesetiaan yang diungkapkan oleh Reichheld.

Nah, menurut pemahaman saya, teori Reichheld ini mengatakan kepada kita bahwa kesetiaan tsb. bukanlah sesuatu yang harus dituntut dari karyawan, melainkan sesuatu yang diciptakan oleh perusahaan. Reichheld juga menuliskan suatu bagian yang berjudul “The Death of Corporate Loyalty” dalam buku “The Loyalty Effect” tadi. Intinya, menurut Reichheld, karyawan tidak akan memberikan kesetiaan kepada perusahaan, melainkan kepada keyakinan dan nilai-nilai yang dianutnya. Tetapi harap dicatat bahwa teori Reichheld ini kelihatannya hanya berlaku untuk karyawan yang memiliki kompetensi dengan daya saing yang tinggi.

pelangi persahabatan

Langit begitu mendung, suara petir yang amat keras membuatku cukup takut hingga kututup wajahku dengan buku yang kupegang sejak tadi pagi. Pohon bambu yang tadinya berdiri tegap dibelakang rumah tetanggaku itu tiba-tiba roboh karna saking besarnya angin yang baru saja melintas. Kubaca kembali novel karyaku yang sudah jadi buku ini dengan sambil memperhatikan sekelilingku. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya yang tanpa basa basi langsung mengguyur seluruh permukaan di desaku ini. Seluruh pintu rumah tetanggakupun langsung ditutup karna saking derasnya hujan yang turun dan angin yang semakin kencang sehingga membuat air hujannya masuk keteras rumah. Begitu juga dengan rumah ini, Ibuku cepat-cepat menutup pintu rumah ini dan menguncinya.Jam dinding masih menunjukkan pukul 9 pagi, tapi keadaan ditempat ini seperti sudah jam setengah enam sore. Sangat mendung dan petang sekali, tak seorangpun yang berani keluar rumah hari ini. Bahkan akupun tak masuk kerja karna memang sejak aku bangun tidur tadi keadaan sudah petang dan mendung. Aku tak tahu apa yang akan terjadi, langit seakan murka kepada seluruh makhluk yang tinggal dibumi ini. Lampu listrik seketika padam karna mungkin terganggu oleh parahnya cuaca hari ini. Sepertinya memang tak ada seorangpun yang keluar rumah untuk bekerja karna keadaan semakin lama semakin memburuk. Hujan semakin deras, langit semakin petang dan angin semakin kencang sehingga membuat air langit yang turun berkeliaran kemana-mana.Ku lihat ibu dan adikku masuk kamar sambil membaca sholawat. Mereka terlihat ketakutan karna suara petir yang begitu menggelegar, membuat jantung kami berdegup kencang. Apa mungkin Tuhan murka kepada hamba-hambanya sehingga menyuruh malaikat-malaikatnya agar memainkan pecutnya untuk menyadarkan para hamba-hambanya? Entahlah aku tak tahu… aku masih terus membaca novel yang ku pegang ini. Kubaca dan terus kubaca, tak ku pedulikan derasnya hujan yang membuat telinga bising, tak peduli dengan angin yang semakin kencang dan membuat tubuh kedinginan, serta tak peduli dengan petir yang sedari tadi terus menyambar.Ku melangkah menuju dapur untuk mencari sebatang lilin di sorok yang terlatak diatas kulkas. Dapat satu tapi pendek.“Ach tak apa, paling nggak aku bisa membaca novelku dengan terangnya lilin yang akan aku nyalakan ini.”Aku kembali keruang tengah… Tak ku lihat ada kursi didepanku, aku terjatuh dan tanganku tertindih badanku. Rasanya sakit sekali... Novelku jatuh, begitu juga dengan lilinnya. Aku mengambil lilin dan novel itu dengan merangkak karna kakiku rasanya sakit sekali saat aku mau mencoba berdiri. Kumencari keberadaan korek api. Tak kudapat, kucari dibawah TV pun tak ada, diloker dapur juga tak ada. Ku cari disanggan ruang tengah, tak ada juga.“Ach… coba kucari di kamar kakakku, barang kali ada korek bensol. Alhamdulillah ada satu…” ucapku sambil bersyukur.“Owalah… kok ya susah amat ini nyalain apinya.” Keluhku agak kesal.Ku berusaha keras menyalakannya, tetap tak berhasil, tak kulihat kakakku ada dikamarnya. Entah kemana aku tak tahu, yang pasti semalaman kemarin ia pergi bersama temannya. Kumasih berusaha menyalakan api dikorek yang aku pegang, tetap tak bisa, sekali bisa, langsung mati.Akhirnya… setelah berusaha sekuat tenaga, akupun bisa menyalakan apinya dililin dan akupun menuju ruang tengah, duduk dilantai dengan beralaskan tikar dan menaruh lilin yang sudah berapi itu dilantai. Kuletakkan novel yang sedari tadi kupegangi terus dan kupilah-pilah halaman yang tadinya belum sempat kulanjutkan.“Ach… sampai mana aku tadi.”Kucoba berdiri untuk menghidupkan lampu diruang tengah ini, ternyata masih padam. Kulanjutkan membaca novelku tadi dengan hanya diterangi lilin yang makin lama makin redup.Kusudah membaca sekitar 50 halaman dalam 1 jam ini. Aku masih hafal betul novel yang kubuat beberapa bulan yang lalu ini. Ach… mataku mulai sayu dan kepalaku sedikit pusing karna terlalu lama membaca novel ini. Kuistirahat sebentar untuk melepaskan lelahku. Aku tiduran sebentar diruang tengah…Beberapa menit berlalu, kucoba untuk melihat keadaan disekitar luar rumahku, masih hujan namun tak sederas tadi. Sekarang sudah pukul 10 lebih. Ku cari keberadaan payung yang berada disamping tembok diruang dapur. Kucoba keluar untuk memastikan keadaan diluar rumah. Angin kencang yang dari tadi berlarian kesana kemari kini sudah menjadi angin biasa, langit sudah kelihatan cerah kembali. Kumenuju depan rumah dan melangkahkan kakiku kearah timur. Seperti ada getaran suara yang memanggilku dari arah timur, membuatku penasaran untuk mengikuti arah suara itu. Sampai dipuncak timur yang dekat dengan sungai kulempar payungku karna hujan sudah mulai reda.Merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila dan ungu, ke tujuh warna itu terlihat sangat indah dipojokan langit yang membentuk busur itu. Terdengar suara beberapa orang dewasa didekat sawah yang berada jauh didepanku sana. Kuhampiri mereka dan kuperhatikan wajah mereka masing-masing satu persatu-satu. Terus kuperhatikan tingkah mereka berempat. Mereka seperti tak melihat bahwa aku ada diantara mereka. Ingin sekali menyapa mereka, tapi aku tak berani. Mereka berteriak sekencang-kencangnya sambil menyebut beberapa inisial nama seseorang yang mungkin bagi mereka sangat berarti.D … S … S … A … dan W … sebenarnya siapa inisial nama yang mereka sebutkan itu. Bukankah mereka itu hanya 4 orang saja, tapi kenapa mereka menyebut 5 inial huruf dari sebuah nama seseorang ya… apa mungkin inisial-inisal nama itu adalah nama dari mereka dan satu inisial nama itu adalah nama sahabat mereka yang tak muncul bersama mereka.Semakin lama kumemandang wajah dan memperhatikan tingkah mereka, semakin lama wajah mereka itu tak asing bagiku. Kuberdiri tepat didepan mereka berempat. Merekapun seketika itu terdiam memandangku.“Kalian bisa malihatku? Kalian tahu aku ada disini?”. Ucapku pada mereka berempat.Tiba-tiba seorang pemuda dewasa dari mereka memegang pundak kiriku. Dia menyebut namaku, aku heran dari mana ia tahu namaku. Seorang gadis dewasa dari merekapun menghampiriku dan memegang pundakku yang sebelah.Seperti ada setrum yang merayapi seluruh tubuhku, mataku berkunang-kunang dan tubuhku lemas hingga akhirnya kemudian terjatuh. Mereka menangkapku dan membantuku untuk duduk ditempat yang baru aku kunjungi itu. Memoriku seperti berjalan kemasa laluku. Wajah mereka yang tadinya asing semakin ku kenal, wajah mereka yang tadinya terlihat dewasa kini berubah menjadi remaja. Pakaian mereka yang tadinya terlihat sangat rapi dan indah kini berubah menjadi pakaian biasa.“Kami adalah sahabatmu, sahabatmu di beberapa tahun yang lalu, ini adalah masa depan kami, kau lihat betapa berubahnya kami saat kau baru bertemu dengan kami tadi?”. Ucap gadis disampingku ini.“Benar apa yang dikatakan Sari, aku Dian… Dian sahabatmu dan sahabat ketiga sahabatmu ini, kau lihat bukan, wajahku sudah tak asing bagimu”. Tambah gadis yang aku rasa wajahnya mirip sekali dengan mbak Dian ini.“Jangan kau tutup mata kau sebelum kau melihat kesuksesan kami, jangan kau pergi dari kami sebelum kau bergabung dengan kami. Akulah Ady, seorang pemuda yang selalu kau ajak bertengkar”. Ucap pemuda yang memang wajahnya mirip sekali dengan sahabatku Ady.“Dengarkan kami… kaulah yang dulu menjadikan kami bersatu menjadi anggota TGM. Kaulah yang membuatnya, kaulah pendirinya, dan kamilah anggotanya. Kau pulalah yang memberi semangat pada kami hingga kami menjadi seperti ini dan berada disini, kaulah yang memanggil kami sehingga kami muncul untuk menemuimu. Akulah Wana alias Capi, sahabat sekaligus kekasihmu.” Ucap pemuda terakhir yang berada didepanku ini.Aku semakin bingung dan tak mengerti apa yang diucapkan oleh keempat sahabat ini. Kulihat pelangi sudah mulai menghilang dari hadapan kami.“Pelangi itu akan muncul dimasa depan nanti, disini bersama kita berlima”. Ucapku seketika dari lisanku.Mereka tersenyum dan membawaku ke suatu tempat entah kemana aku tak tahu karna memang mereka tak memberitahuku mau diajak kemanakah diriku ini. Mereka tak menjawab pertanyaanku saat aku bertanya mau dibawa kemana mereka. Merka berempat hanya tersenyum sambil memandangiku.Aku tak mengerti dengan sikap mereka ini. Terlihat begitu banyak orang yang tengah mengerjakan pekerjaan mereka masing-masing didepanku. Ada yang menerapkan camera, ada yang memegang skenario, serta ada pula yang tengah ribet memoles wajah beberapa gadis dan pemuda yang ada didepanku itu. Kuperhatikan tingkah mereka dengan seksama sambil memandangi wajah mereka masing-masing.“Itu… bukankah itu kau yang tengah memegang skenario sambil mondar-mandir tak jelas begitu?” Tanyaku pada salah satu keempat sahabat ini yang kurasa itu adalah mbak Sari.“Benar, kau yang memberiku semangat untuk mewujudkan impianku, kau pula yang membantuku sehingga aku bisa menjadi seperti itu. Kau perhatikanlah kembali”. Jelas mbak Sari padaku.“Kau tahu…? kaulah yang membuat scenario itu dan aku beserta teman-temankulah yang memerankannya”. Tambahnya lagi padaku.“Benarkah?”. Balasku. “Bagaimana mungkin? Aku tak pernah menulis skenario untukmu”. Tambahku.Secara tiba-tiba segerombolan pemuda dan pemudi berlari menuju kearah mbak Sari yang tengah sibuk membaca naskah skenario yang ia pegang itu. Ada yang meminta tanda tangan, ada yang ingin foto bareng, ada pula yang ingin dipeluk. Aku semakin bingung dan tak mengerti. Bukankah mbak Sari itu ada disampingku? Lha kok ya ada didepanku juga. Nggak mungkin to dia ada dua? Mustahil…“Kita ke tempat lain, ada tempat lain yang juga ingin aku tunjukkan kepadamu”. Ucap mbak Dian padaku dan langsung menarik tanganku. Aku ikut saja dengannya sambil diikuti tiga sahabat lainnya.“Ngapain kita ke sekolahan?” Tanyaku penasaran pada mereka. “Kau mau sekolah lagi karna dulu kau sempat kesusahan dalam menangkap pelajaran?”. Tambahku padanya. Mbak Dian hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya. Aku semakin penasaran saja, sebenarnya apa maksudnya membawa aku ketempat ini.“Kau perhatikan kelas itu, siapa yang tengah duduk paling depan menghadap murid-murid”. Saran mbak Dian padaku.Akupun menuju pintu ruang kelas yang ada dihadapanku dan memperhatikan siapa yang ia maksud. Wajahnya hanya kelihatan sebagian, jadi aku tak terlalu paham. Namun, ketika seorang guru muda yang tengah duduk di kursi paling depan itu berdiri dan beralih memandang keluar kelas, akupun bisa melihat wajahnya dengan jelas, sangat jelas sekali. Seperti gadis dewasa yang kutemui ditempat awal aku melihat pelangi.“Benarkah itu kau?” Tanyaku pada mbak Dian.Iapun membenarkan pertanyaanku dan memberitahuku bahwa gadis dewasa itu adalah gadis yang pertama aku lihat di tempat tadi saat menyaksikan pelangi. Begitupun dengan mbak Sari, wajahnya juga diperlihatkan dengan wajah yang pertama tadi, bukan wajah yang masih remaja ini.Tinggal Ady dan Wana, apa yang akan mereka tunjukkan kepadaku setelah kedua gadis itu. Apakah hampir sama? Atau jauh berbeda? Ach… entahlah. Lamunanku lenyap saat tanganku ditarik Ady…"Kau lihat itu?". Ucap Ady padaku sambil menunjukkan kepadaku sesuatu yang berbeda dan jauh berbeda dari apa yang diperlihatkan oleh mbak Dian dan mbak Sari, ini lebih menakjubkan. Beberapa foto terpampang disuatu ruangan besar dan foto itu terpampang tepat disebelah kanan garuda Akupun bertanya mengapa ia menyuruhku melihat Foto-Fotonya yang tengah terpampang diatas dinding itu."Kau kan tahu cita-citaku adalah menjadi pemimpin di Negara ini? Dan kau juga tahu bahwa aku ini ingin meneruskan perjuangan seorang tokoh yang bernama Soe Hok Gie. Karna aku belum bisa mencapainya, maka aku pampang saja foto-fotoku didinding rumahku bersama dengan garuda itu.". Jelasnya padaku."Artinya?" Tanyaku padanya."Gini ya aku ulang lagi, waktu TK kan aku ingin sekali menjadi Camat, ketika sudah menginjak bangku SD aku ingin sekali menjadi Dokter, lanjut di SMA aku ingin menjadi Guru. Dan sekarang aku ingin menjadi pemimpin yang punya jiwa besar seperti sosok Gie… karna aku belum bisa mencapainya, akupun tak hanya diam saja, kuingin benahi Negara ini, ditanganku dan teman-temanku. Kuingin menunjukkan pengabdianku terhadap Negara ini, ya… seperti meneruskan perjuangan Gie. Yang jelas demokrasi di Indonesia harus dibenahi dan pemerintahannya juga mesti ikut dibenahi". Jelasnya panjang padaku.Ach… aku semakin tak mengerti apa yang ia maksud dari penjelasannya yang panjang lebar tadi."Aku sudah kembali dari Belanda, sudah empat tahun lamanya aku ke Belanda dan kalian berempat masih menungguku dengan setia. Dan sekarang beginilah aku setelah aku menyandang gelar S1 ku, dan aku ingin melanjutkan S2 ku disini". Tambah Ady padaku."Kalau kau Wana? Apa yang akan kau tunjukkan kepadaku? Apakah hampir sama dengan yang lainnya?" Tanyaku pada Wana. Dia hanya menggelengkan kepalanya sambil tersenyum.Iapun menjelaskan kepadaku bahwa ia belum tahu ingin menjadi apa. Karna orangtuanya menginginkan dirinya menjadi Sarjana."Bukankan itu bagus? Kau akan menyandang gelar Sarjana. Bukan cuman Ady saja, tapi kau juga Wana. Kau kan bisa bergabung dengan Ady". Kataku padanya.Ia menjelaskan bahwa tak mungkin ia bergabung dengan Ady, ia tak punya bakat dalam dunia politik. Dari dulu ia menginginkan menjadi seorang hacker terhebat, entah masih ia inginkan atau ia sendiri tak tahu."Kau tahu? Kau kini sudah menjadi penulis yang hebat, kau sudah memiliki apa yang kau inginkan?" kata mbak Sari padaku.Apa maksud mbak Sari? Aku tak mengerti, aku ini baru mau merintis ke dunia tulis menulis, tapi ia malah berkata kalau aku ini sudah menjai seorang penulis yang hebat. Sedang tulisanku saja belum pernah diterbitkan satupun. Baru saja aku mau mengirimkan novelku, tapi kok ya mbak Sari berkata seperti itu.Tiba-tiba mereka berempat mengajakku ke asal mula tempat pertama tadi kami bertemu. Aku bertanya kepada mereka bagaimana caranya mereka bisa ada disini, bagaimana mungkin mereka bisa menemuiku? Sedang tempat tinggal mereka jauh dari tempat tinggalku, dan bagaimana mungkin mereka tahu daerah tempat tinggalku. Aku semakin tak mengerti ketika mereka hanya tersenyum menyaksikan keherananku terhadap mereka. Menyaksikan rasa penasaranku terhadap mereka berempat."Semua ini bisa terjadi Syifa, karena sebuah persahabatan yang tumbuh dari jiwa, hati dan raga kita, tapi aku tak yakin ini bisa jadi kenyataan". Jelas mbak Dian padaku.“Kenapa tak yakin? Bukankah ini kenyataan…?”. Balasku penasarn. "Teruskan saja Novelmu, jangan kau berhenti dan membiarkan waktu luangmu kau buang begitu saja. Jangan kau biarkan waktu mengambil hari-harimu dengan sia-sia". Jelas Ady padaku.Apa maksud mereka berdua. Mbak Dian bukannya menjelaskan maksud dari pertanyaannya, eeh malah Ady ganti ngomongin sesuatu yang tak ku pahami.Merekapun menyuruhku untuk membuka mataku. Aku semakin tak mengerti maksud mereka. Mereka masih menyuruhku untuk membuka mataku. Kudengar suara wanita paruh baya memanggil-manggil namaku. Ku hampiri nama itu, suara itu semakin dekat. Ku berlari mencari keberadaan suara itu, namun belum juga ku temukan. Ku menoleh kearah belakang. Dahsyat… hujan dari belakang tiba-tiba saja turun dan seakan mengejarku. Keberlari dan terus berlari… Kulihat rumah orangtuaku sudah mulai dekat. Ku masuk kedalam rumah dan mengunci pintu rumahku.Deg… mataku langsung terbuka ketika ada seorang wanita paruh baya yang sering kupanggil ibu ini menyentuh pundakku dari belakang. Aku terkejut, kubuka mataku lebar-lebar, masih kriyep-kriyep…"Ach… lagi-lagi semua ini hanya mimpi.”Ibuku yang sedari tadi membangunkanku ternyata agak kesal dan jengkel karna aku susah dibangunkan. Aku kira ini pagi, ternyata maghrib sudah menjelang dan suara adzan maghrib sudah tak kudengar. Ku bergegas menuju ke hammam dan langsung mengguyur mukaku. Berwudlu dan segera menunaikan ibadah sholat maghrib."Teruskan saja Novelmu, jangan kau berhenti dan membiarkan waktu luangmu kau buang begitu saja. Jangan kau biarkan waktu mengambil hari-harimu dengan sia-sia".Itulah kalimat dari Ady yang masih ku ingat sampai sekarang, dan sejak itulah, aku tak pernah membuang waktuku dengan sia-sia.

selalu mengalah

Sudah 2jam lebih deska mondar mandir dikamarnya,tampaknya ia sedang kebingungan,memang benar ia sedang bingung mencari ide untuk novel yang sedang ia buat .“ Arkhhh…hhh pusing nih!?!?” erang deska .“ Deska apa kabar !“Suara itu. Sepertinya ia kenal dengan suara itu . Suara kak dita, kakak deska yang bekerja di Jakarta . Segera ia menoleh, dan benar saja kakaknya sudah berada dibelakangnya, ia seketika menjerit girang karna sudah setahun lebih kakaknya itu tidak pulang . “ Kapan pulang kak ?” Tanya deska .“ Baru saja ! Aku emang sengaja bikin surprised buat kamu ! “ “ Kakak ini gak pernah berubah ya, selalu bikin kaget orang aja ! ““ Iya donk ! dita gitu loh ! ““ Eh kak , aku kekamar mandi sebentar ya ?” Dita mengangguk .“ Gak apa apakan aku tinggal sebentar ?”“ Udah gak apa apa ! Udah cepet kalo mau kekamar mandinya ! ““ Sip boss ! “Sepeninggalan deska dita membuka buka hp deska, dan tanpa sengaja ada sebuah nomor hp yang menarik hati dita, ia segera mencatat nomor hp itu dan mengembalikan hp deska ketempat semula . Tampaknya ada sesuatu yang telah direncanakannya .“ selamat menangis deska ! “ katanya lirih namun matanya penuh dendam .*** *** *** ***“ Des, kamu kenapa sih dari kemaren kok murung terus ? ada masalah ya ? cerita donk ! akukan teman kamu ! “ kata mila, sahabat deska saat mereka sedang makan di kantin sekolah .“ Aku gak apa apa ! ““ Jujur aja ! aku tahu kamu lagi ada masalah ? mata kamu gak bisa bohong ! kita temenan udah berapa lama sih ? kenapa kamu gak mau jujur sama aku ! ““ Sebenarnya aku Cuma bingung aja kenapa akhir akhir ini nazar gak pernah hubungin aku , dan yang anehnya lagi setiap aku coba hubungi dia slalu gak pernah mau ngangkat telepon ku ! ““ Jadi itu masalahnya ! Aku tahu kok kenapa akhir akhir ini nazar gak pernah hubungi kamu lagi ! ““ Apa ? jadi kamu tahu ? kalo kamu tahu kenapa gak cerita ke aku ? ““ Aku pikir kamu udah tahu ! ““ Ya belumlah ! ““ Des, sekarang aku tanya sama kamu pernah ngasih nomor nazar ke kak dita gak ?”“ Gak pernah !memang kenapa ?” “ Tapi kenapa kak dita bisa tahu nomor nazar ! ““ Lho kok bisa ?”“ kak dita pernah pinjem hp kamu gak ! “Deska hanya menggeleng .“ Tapi kenapa sekarang mereka jadi dekat dan ….. ““ Dan apa?kamu kalo bicara jangan setengah setengah donk ! bikin orang penasaran!”“ Dan yang lebih parahnya lagi kak dita jelek jelekin kamu didepan nazar ! “Deg . Kak dita jelek jelekin aku didepan nazar ? kenapa kak dita tega banget sama aku, padahal aku kan adiknya sendiri ! ““ Kamu jangan fitnah ya mil ! gak mungkinlah kak dita tega ngomong kayak gitu ! ““ Aku gak fitnah des, aku bilang kayak gini karna aku denger langsung dari nazar, dia ngomong sendiri ke aku ! “ Tidak mungkin ! kak dita bisa berbuat sekejam itu padaku ! kak dita kan kakakku sendiri ! tidak mungkin !*** *** *** ***Lebaran tinggal 2hari lagi, rumah deska juga sudah penuh dengan pernak pernik bernuansa lebaran, kue kue juga sudah jadi dan tinggal diletakkan dimeja tamu saja, semua penuh dengan kegembiraan , kecuali deska dia sudah beberapa hari ini mengurung diri dikamarnya , ia benar benar sangat kecewa , ia sangat kecewa kepada kakaknya yang sudah menusuknya dari belakang , ia tak menyangka kakaknya tega melakukan hal itu padanya , padahal kalau pun kakaknya minta dikenalkan kepada nazar tentunya ia bersedia tidak perlu harus mengambil diam diam nomor hp nazar dan menjelek jelekan dirinya didepan nazar , dan yang lebih menyakitkan lagi kakaknya seolah olah tidak peduli padanya dan juga tidak jujur padanya .“ Hayo melamun aja ! nanti kerasukan setan baru tahu rasa lho ! “ Kata dita mengagetkan deska .“ Eh kak dita ! “ Ucap deska tetap berusaha tersenyum .“ Eh deska, kemarin waktu aku ketemu nazar aku diberi boneka sama kaos yang seragam sama dia ! bagus lho kaosnya ! mau liat ?” cerocos dita seolah tak memperhatikan deska yang menahan sakitnya . “ Gak ! besok besok aja kak ! ““ Des, mau liat foto nazar gak ? ““ Gak ! ““ Eh deska… deska …. , nanti malam nazar mau main kesini lho ! “ kata dita santai namun membuat deska menjadi tegang . “ Oh…gitu ! ya bagus deh ! “ ucap deska tetap berusaha tenang .“ Des, seandainya aku nanti nikah sama nazar gimana ?”Deg . “ Ya bagus ! aku ikut senang ! ““ Kamu gak apa apa ?” “ Aku ? aku gak apa apa kak ! aku ikut senang ! akhirnya kakak sudah punya tambatan hati ! gimana sih kakak ! “ Kata deska tertawa berusaha menutupi perasaannya yang sudah berkecambukan .Tidak apa apa aku sudah kuat, aku sudah terbiasa begini , aku sudah terbiasa menderita seperti ini , aku sudah terbiasa dikhianati , aku sudah terbiasa seperti ini , dulu cinta pertamaku juga direbut oleh sahabatku sendiri , aku tidak apa apa ….aku tidak apa apa ! Tetapi tuhan aku juga manusia aku juga tidak bisa sabar terus menerus , kesabaran tentu ada batasnya , aku tidak bisa slalu mengalah seperti ini , aku ingin ada setitik kebahagiaan saja untukku , walau hanya setetes aku ingin merasakannya , adakah setetes kebahagiaan itu untukku , adakah tuhan ??!!!!

uups. . . .salah curhat

  • Malam ini ciko duduk dikursi panas disebuah kafetaria,ia sedang berbicara empat mata dengan "NIA" cewek yang sudah menjadi pacarnya selama sebulan .kali ini ia mendapat kejutan yang sangat mengejutkan."kita putus !"ucap nia denga nada santai. "putus ,kok putus , sih ?desah cilo yang tadinya menyemburkan seisi mulutnya kemeja berlapis kaca."aku mau putus aja ,"sahutnya."tapi salah aku apaan ? tanya tio masih berkeras."banyak ! jawab nia."contohnya ?ciko terus ingin tau."kamu itu kekanak-kanakan.ciko menggelengkan kepalanya"masa sih ? tanyanya dengan wajah bingung."iya dan karena itu kamu selalu ngebuat aku malu ! katanya dengan sinis."emang gitu,ya? ciko menggaruk-garuk kepalanya.nia bangkit dari kursi"pokoknya kita putus ! menghentakan tangannya ke meja,lalu berbalik dan berjalan meninggalkan ciko yang wajahnya tak karuan. kos-kosan ciko dipenuhi dengan tisu yang menggulung,tapi banjir air matanya belum kering juga,tak puas akhirnya dia melemparkan semua benda didekatnya kesgala penjuru."aduh ! ada suara dari arah jam tiga."charlie bukannya lo kerumah nenek loe ? tanya ciko kepada temanya yang barusan ia lempar dengan jam waker tepat dikepalanya."gak jadi nenek gue udah sembuh ,"sahutnya sambil mengusap kepalanya."hah,kok bisa ? tanya ciko."mana gue tau ,"jawabnya."uhh..! desah ciko. menghempaskan tubuhnya kesofa didepan televisi."eh lo apain kosan kita jadi amburadul gini ?tanyanya. sambil menukikan pandangannya kebenda yang tepat ada dikakinya."cuma sedikit renovasi ,"jawabnya sambil menyalakan tv."renovasi apaan kayak begini ?desahnya dengan jengkel."ini tren terbaru penataan ruangan ." "dasar loe ,setress !!! ini lagi jam waker kesayangan gue." jam butut kayak gitu juga,"ucap ciko bersandar lemas."enak aja jam ini sudah punya banyak jasa ngebangunin kita sekolah !" "udah dech gak usah bahas itu ,gue lagi kesel ! tuntutnya."kenapa loe putus ama nia ,ya ? hingga membuat mata ciko melotot kearahnya."dari mana loe tau ? tanya ciko." ya ,iyalah kan loe selalu mewek klo di putusin cewek ." "huh jawaban lo ngejengkelin !kata ciko menekuk wajahnya."kali ini alasannya ,apalagi curhat aja ama gue ! memberi usul."dia bilang gue kekanak-kanakan ." lalu loe ngerasa gak ? berjalan dan duduk disebelah ciko."dikit."sahutnya."gue kan pernah bilang nia tuh gak baik buat loe ! kata charlie."iya sih, tapi nia itu cantik ,imute, lucu."lalu lo pikir loe atau nia ang salah sekarang? tanyanya."mungkin nia ,mungkin juga gue ! jawabnya ragu."hah,manknya lo juga ngerasa salah ? charlie heran."dikit." "dari tadi dikit-dkit mulu ,yang bener apaan ? melototi ciko."iya,gue yang salah ! lagi-lagi menekuk wajahnya."baguslah,"ucapnya sangat pelan."heh , apa kata loe tadi ? ciko mendengar pelan suara tadi."maksud gue bagus, kalo elo ngalah demi nia,"menggeserkan pandangannya."oh gitu," mengangguk-anggukan kepalanya."jadi intinya lo ngakuin sifat kekanak kanakan loe ,nih ?kata charlie mengangkat sebelah alisnya."ya,gitu dech ." "manknya loe rela nia sama orang lain ? tanyanya."ya,kalo nia bahagia,kenapa enggak ,"ucapnya."gak gue sangka lo bijak juga." "yee, baru nyadar loe??? sahut ciko berhenti menekuk wajahnya.ada suara ketukan dari arah pintu ,ciko bangkit dari kursi dan setelah ia membuka pintu ,ia kaget ternyata itu nia mantan pacarnya yang ngemutusin dia kemarin."hai,ciko !" sapanya lembut."sudahku kira kamu pasti kangen sehari aja gak ketemu aku," katanya dengan grnya."maaf tapi aku kesini bukan buat nemuin kamu." "jangan boong dech manknya siapa lagi klo bukan aku ? masih yakin akan dirinya.tiba-tiba charlie keluar."hai,sayang !"sapa nia padanya."sayang ??? ciko ternganga"sejak kapan kalian...???? "jadian maksud loe ? oh,ya gue lupa, gue kesini mau minta restu lo." "restu apaan ? ia semakin bingung."yang barusan kita obrolin ,masa loe lupa ,"sahutnya."jadi loe...???? "etzz...jangan marah lo kan dah setuju barusan !"ucapnya dengan senyum.ciko tak bisa berkata lagi ia termakan omongannya sendiri."and lo tenang aja gue bakal buat nia bahagia kok !"katanya.tapi....." ciko kalah telak."udah simpan aja tapi loe itu,gue mau ngedate ama nia dulu,lo jaga kosan kita yah!! berjalan lalu menggandeng tangan nia,ia berhenti sejenak lalu mengedipkan sebelah matanya pada ciko.sedangkan ciko hanya terdiam tapi dipikirannya ,ia berteriak habis-habisan,karna tertipu oleh curhat konyol charlie itu.