THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Senin, 28 Desember 2009

kecupan kasih sayang


Kecupan Kasih Sayang

penulis Al-Ustadzah Ummu ‘Abdirrahman Anisah bintu ‘Imran
Sakinah Permata Hati 17 - Agustus - 2004 22:20:22

Banyak hal yg bisa dilakukan orang tua utk mengungkapkan kasih sayang kepada sang anak. Islam sebagai agama nan sempurna melalui kisah Rasul-Nya banyak memberikan teladan dlm hal ini.

Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan kasih sayang di dlm qalbu ayah dan bunda sehingga senantiasa menghiasi segala apa yg ada antara ayah bunda dgn buah cinta mereka. Gambaran apa pun yg ada di antara ayah-ibu dgn anak mereka tdk lain melambangkan kasih sayang mereka. Sekeras apa pun tabiat sang ayah atau bunda di sana tersimpan kecintaan yg besar terhadap putra-putrinya.
Besar kasih sayang ini terlukis dari ungkapan lisan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika melihat seorang ibu di antara para tawanan. Kisah ini disampaikan oleh ‘Umar bin Al-Khaththab radhiallahu ‘anhu:

قَدِمَ عَلَى النَّبِيِّ صَلىَّ اللهَ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَبِيٌّ ، فَإِذَا امْرَأَةٌ مِنَ السَبِيِّ تّحْلُبُ ثَدَيْهَا تَسْقَى إِذَا وَجَدَتْ صَبِيًّا فِي السَبِيِّ أَخَذَتْهُ فَأَلْصَقَتْهُ بِبَطْنِهَا وَأَرْضَعَتْهُ . فَقَالَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَتَرَوْنَ هَذِهِ طَارِحَةٌ وَلَدَهَا فِي النَّارِ؟ قُلْنَا : لاَ ، وَهِيَ تَقْدِرُ عَلَى أَنْ لاَ تَطْرَحُهُ . فَقَالَ : لَلَّهُ أَرْحَمُ بِعِبَادِهِ مِنْ هَذِهِ بِوَلَدِهَا.

“Datang para tawanan di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Ternyata di antara para tawanan ada seorang wanita yg buah dada penuh dgn air susu. Setiap dia dapati anak kecil di antara tawanan diambil didekap di perut dan disusuinya. mk Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam berta “Apakah kalian menganggap wanita ini akan melemparkan anak ke dlm api?” Kami pun menjawab “Tidak. Bahkan dia tdk akan kuasa utk melemparkan anak ke dlm api.” Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda “Sungguh Allah lbh penyayang daripada wanita ini terhadap anaknya.”
Banyak hal yg bisa menjadi ungkapan kasih sayang. Pun yg demikian tdk ditinggalkan oleh syariat hingga didapati banyak contoh dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bagaimana beliau mengungkapkan kasih sayang kepada anak-anak.
Satu contoh yg beliau berikan adl mencium anak-anak. Bahkan beliau mencela orang yg tdk pernah mencium anak-anaknya.
Kisah-kisah tentang ini bukan hanya satu dua. Di antara dituturkan oleh shahabat yg mulia Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu:
قَبَّلَ رَسُولُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْحَسَنَ بْنَ عَلِيِّ وَعِنْدَهُ الأَقْرَعُ بْنُ حَابِسِ التَّمِيْمِي جَالِسًا، فَقَالَ الأَقْرَعُ : إِنَّ لِيْ عَشْرَةً مِنَ الوَلَدِ مَا قَبَّلْتُ مِنْهُمْ أَحَدًا . فَنَظَرَ إِلَيْهِ رَسُولُ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُمَّ قَالَ: مَنْ لاَ يَرْحَمْ لاَ يُرْحَمْ.

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mencium Al-Hasan bin ‘Ali sementara Al-Aqra’ bin Habis At-Tamimi sedang duduk di sisi beliau. mk Al-Aqra’ berkata “Aku memiliki 10 anak namun tdk ada satu pun dari mereka yg kucium.” Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memandang lalu bersabda “Siapa yg tdk menyayangi mk dia tdk akan disayangi.”
Para ulama menjelaskan bahwa ucapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini umum mencakup kasih sayang terhadap anak-anak maupun selain mereka.
Begitu pula yg diceritakan oleh istri beliau ‘Aisyah bintu Abu Bakr radhiallahu ‘anhuma:

جَاءَ أَعْرَبِيٌّ إِلَى النَّبِيِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : تُقَبِّلُوْنَ الصِّبْيَانَ فَمَا نُقَبِّلُهُمْ ، فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: أَوَ أَمْلِكُ لَكَ أَنْ نَزَعَ اللهُ مِنْ قَلْبِكَ الرَّحْمَةَ

“Seorang Arab gunung datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian mengatakan “Kalian biasa mencium anak-anak sedangkan kami tdk biasa mencium mereka.” mk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan “Sungguh aku tdk memiliki kuasa apa pun atasmu jika Allah mencabut rasa kasih sayang dari qalbumu.”
Itulah penekanan beliau sementara gambaran kasih sayang kepada anak yg lbh jelas dan lbh indah dari itu semua didapati dlm diri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau menyambut putri Fathimah bintu Muhammad radhiallahu ‘anha. Peristiwa ini dilukiskan oleh Ummul Mukminin ‘Aisyah bintu Abu Bakr radhiallahu ‘anhuma:

مَا رَأَيْتُ أَحَدًا مِنَ النَّاسِ كَانَ أَشْبَهَ بِالنَّبِيِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَلاَمًا وَلاَ حَدِيْثًا وَلاَ جِلْسَةً مِنْ فَاطِمَةَ . قَالَتْ : وَكَانَ النَّبْيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا رَآهَا قَدْ أَقْبَلَتْ رَحَّبَ بِهَا ، ثُمَّ قَامَ إِلَيْهَا فَقَبَّلَهَا، ثُمَّ أَخَذَ بِيَدِهَا فَجَاءَ بِهَا حَتَّى يُجْلِسَهَا فِي مَكَانِهِ، وَكَانَ إِذَا أَتَاهَا النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَحَّبَتْ بِهِ ، ثُمَّ قَامَتْ إِلَيْهِ فَأَخَذَتْ بِيَدِهِ فَقَبَّلَتْهُ . وَأَنَّهَا دَخَلَتْ عَلَى النَّبِيِّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلًَّمَ فِيْ مَرَضِهِ الَّذِي قُبِضَ فِيْهِ، فَرَحَّبَ وَقَبَّلَهَا، وَأَسَرَّ إِلَيْهَا، فَبَكَتْ، ثُمَّ أَسَرَّ إِلَيْهَا، فَضَحِكَتْ، فَقُلْتُ لِلنِّسَاءِ : إِنْ كُنْتُ لأَرَى أَنَّ لِهَذِهِ الْمَرْأَةِ فَضْلاً عَلَى النِّسَاءِ، فَإِذَا هِيَ مِنَ النِّسَاءِ ! بَيْنَمَا هِيَ تَبْكِي إِذَا هِيَ تَضْحَكُ ! فَسَأَلْتُهَا : مَا قَالَ لَكَ ؟ قَالَتْ : إِنِّي إِذًا لَبَذِرَةٌ ! فَلَمَّا قُبِضَ النَّبِيُّ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَتْ : أَسَرَّ إِلَيَّ فَقَالَ : } فَبَكَيْتُ ، ثُمَّ أَسَرَّ إِلَيَّ فَقَالَ : } فَسَرَرْتُ بِذَلِكَ فَأَعْجَبَنِي .

“Aku tdk pernah melihat seseorang yg lbh mirip dgn Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dlm bicara maupun duduk daripada Fathimah.” ‘Aisyah berkata lagi “Biasa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bila melihat Fathimah datang beliau mengucapkan selamat datang pada lalu berdiri menyambut dan mencium kemudian beliau menggamit tangan dan membimbing hingga beliau dudukkan Fathimah di tempat duduk beliau. Demikian pula jika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang kepada Fathimah mk Fathimah mengucapkan selamat datang pada beliau kemudian berdiri menyambut menggamit tangan lalu mencium beliau. Suatu saat Fathimah mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ketika beliau menderita sakit menjelang wafat. Beliau pun mengucapkan selamat datang dan mencium lalu berbisik-bisik kepada hingga Fathimah menangis. Kemudian beliau berbisik lagi pada hingga Fathimah tertawa. mk aku berkata pada para istri beliau ‘Aku berpandangan bahwa wanita ini memiliki keutamaan dibandingkan seluruh wanita dan memang dia dari kalangan wanita. Dia tengah menangis kemudian tiba-tiba tertawa.’ Lalu aku berta kepada ‘Apa yg beliau katakan padamu saat itu?’ Fathimah menjawab ‘Kalau aku mengatakan berarti aku menyebarkan rahasia.’ Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam telah wafat Fathimah berkata ‘Waktu itu beliau membisikkan padaku: Sesungguh aku hendak meninggal. mk aku pun menangis. Kemudian beliau membisikkan lagi: Sesungguh engkau adl orang pertama yg menyusulku di antara keluargaku. mk hal itu menggembirakanku’.”
Anas bin Malik radhiallahu ‘anhu seorang shahabat yg senantiasa menyertai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dlm melayani pun turut mengungkapkan bagaimana rasa sayang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada putra yg lahir dari rahim Mariyah Al-Qibthiyyah radhiallahu ‘anha:

مَا رَأَيْتُ أَحَدًا كَانَ أَرْحَمَ بِالعِيَالِ مِنْ رَسُوْلِ اللهِ صِلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. قَالَ : كَانَ إِبْرَاهِيْمُ مُسْتَرْضِعًا لَهُ فِي عَوَالِي الْمَدِيْنَةِ . فَكَانَ يَنْطَلِقُ وَنَحْنُ مَعَهُ . فَيَدْخُلُ البَيْتَ وَإِنَّهُ لَيُدَّخَنُ . وَكَانَ ظِئْرُهُ قَيْنًا . فَيَأْخُذُهُ فَيُقَبِّلُهُ ثُمَّ يَرْجِعُ

“Aku tdk pernah melihat seseorang yg lbh besar kasih sayang kepada keluarga dibandingkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.” Anas berkata lagi “Waktu itu Ibrahim sedang dlm penyusuan di suatu daerah dekat Madinah. mk beliau berangkat utk menjenguk sementara kami menyertai beliau. Kemudian beliau masuk rumah yg saat itu tengah berasap hitam krn ayah susuan Ibrahim adl seorang pandai besi. Kemudian beliau merengkuh Ibrahim dan mencium lalu beliau kembali.”
Kisah ini menunjukkan kemuliaan akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam serta kasih sayang terhadap keluarga dan orang2 yg lemah. Juga menjelaskan keutamaan kasih sayang terhadap keluarga dan anak-anak serta mencium mereka. Di dlm juga didapati kebolehan menyusukan anak pada orang lain. Demikian dijelaskan oleh Al-Imam An-Nawawi.
Kalaulah dibuka perjalanan para pendahulu yg shalih dari kalangan shahabat radhiallahu ‘anhum hal ini pun ditemukan di kalangan mereka. Bahkan dilakukan oleh shahabat yg paling mulia Abu Bakr Ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu. Ketika Abu Bakr radhiallahu ‘anhu tiba di Madinah bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dlm hijrah dia mendapati putri ‘Aisyah radhiallahu ‘anha sakit panas. Al-Barra’ bin ‘Azib radhiallahu ‘anhu yg menyertai Abu Bakr saat menemui putri mengatakan:

فَدَخَلْتُ مَعَ أَبِيْ بَكْرٍ عَلَى أَهْلِهِ، فَإِذَا عَائِشَةُ ابْنَتُهُ مُضْطَجِعَةٌ قَدْ أَصَابَتْهَا حُمَّى، فَرَأَيْتُ أَبَاهَا يُقَبِّلُ خَدَّهَا وَقَاَل : كَيْفَ أَنْتِ يَا بُنَيَّة ؟
“Kemudian aku masuk bersama Abu Bakr menemui keluarganya. Ternyata ‘Aisyah putri sedang berbaring terserang penyakit panas. mk aku melihat ayah ‘Aisyah mencium pipi dan berkata ‘Bagaimana keadaanmu wahai putriku?’.”
Inilah kasih sayang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam seorang ayah yg paling mulia di antara seluruh manusia. tdk segan-segan beliau mendekap dan mencium putra-putri dan cucu-cucunya. Begitu pun yg beliau ajarkan kepada seluruh manusia. Keberatan apa lagikah yg menggayuti seseorang yg mengaku mengikuti beliau utk mengungkapkan kasih sayang di hati dgn pelukan dan ciuman kepada anak-anaknya?
Wallahu ta’ala a’lamu bish-shawab

0 komentar: