THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Jumat, 08 Januari 2010

surga itu urusan allah

Meski aku tinggal di rumah, tiap malam aku ke pesantren dekat rumah. Setiap jam 7 malam aku menaiki sepeda menuju tarbiyah, begitu aku menyebutnya, atau madrasah malam, atau sekolah malam. Aku menyebutnya bukan sekolah, tetapi mengaji.

oOo

“Madzhab itu yang terkenal ada empat” Pak Irul berkata keras. Beliau adalah salah satu Ustadz di madrasah

“Apa saja Pak?

“Hanafi, hambali, syafi’i, dan maliki” kata beliau, “tapi yang umum digunakan di Indonesia, utamanya kaum Nahdliyin, adalah madzhab syafi’i”

Aku baru tahu kalau ada yang seperti dalam agamaku, Islam. Setahuku aku lahir dan dibesarkan dari bayi dalam lingkungan islam.

Pertama mendengar keterangan mengenai adanya madzhab-madzhab, aku merasa bingung. Namanya satu, Islam, tapi kok bermacam-macam.

oOo

Suatu malam sehabis mengaji aku bertanya pada pak Irul, “Mengapa harus ada perbedaan pak? Mengaa tidak semuanya Syafi’i saja atau Islam saja?”

Pak Irul lalu menimpali,”Islam dimana-mana sama. Yang berbeda itu tafsirannya. Orang itu tak ada yang sama di dunia. Pemahaman mengenai sesuatupun berbeda-beda. Sebenarnya sumbernya sama, tapi karena banyak faktor luar yang memengaruhinya, maka hasil tafsirannya berbeda. Ya, kan dunia ini terus berubah, jadi ya maklumlah”

Aku tak meneruskan perbincangan malam itu. Sudah terlalu malam.

Tapi, jujur saja, sebelum tidur aku sedikit bertanya-tanya. Aku masih belum paham.

oOo

Aku juga seorang pelajar. Aku sekolah di sebuah SMA negeri di kotaku. Kalau di sekolah, saya sering sholat berjamaah di mushola. Aku sering melihat bebrapa teman berbeda cara beribadahnya. Secara umum sama, tapi kalau secara detail melihat, ada beberapa yang berbeda.

“Kok sholatmu berbeda ya sama aku?”tanyaku.

Aku jelaskan bagian-bagian mana saja yang berbeda padanya dengan jelas. Aku juga menjelaskan bahwa aku mengikuti madzhab syafi’i.

“Beginilah yang diajarkan rasul!” jawabnya keras. Dia menganggap bahwa ia telah sesuai ajaran Nabi.

“Tunggu-tunggu, setahu saya apa yang saya lakukan ini telah sesuai ajaran islam. Tak ada masalah”

“Kamu itu bid’ah. Nabi tak pernah mengajarkan madzhab-madzhab. Dan segala bidah itu sesat, bisa kafir kamu!”

Aku kaget sekaget-kagetnya. Aku diajar mengenai kafir bahwa hal itu adalah sesuatu yang terlarang dalam ajaran agamaku. Neraka balasnnya. Aku tak habis pikir apa yang ada di otak temanku itu, tapi pernyataannya itu membuatku semakin bingung. Ada apa ini sebenarnya? Mengapa berbeda-beda.

Pak Irul selalu mengajarkan bahwa apa yang aku dan teman-teman lain pelajari di madrasah malam adalah juga sesuai Rasul. Kami menyebutnya ahlus sunah wal jamaah. Tapi, ketika aku tanyakan pada temanku tadi, ia juga mengaku ahlus sunah wal jamaah. Makin bingung saja aku..

oOo

Aku kembali menghampiri pak Irul. Aku ceritakan apa yang aku alami tadi siang. Panjang lebar, tapi ia dengan tenang mendengarkannya.

“Oh.. gitu..”

“Gitu apaan pak?”

“Gini, kan dulu sudah aku kasih tahu, kalau seiring dengan perubahan zaman, maka penafsiran terhadap agama itu juga mengikuti. Tapi ingat, intinya agama itu tetap sama, yakni meng-esa-kan Allah.

Agama Islam dulu memang diturunkan di Arab, tapi Islam bukan hanya untuk Arab. Islam itu rahmatallilalamin. Jadi buat siapa saja dan dimana saja.

Oleh karena itu, pada akhirnya Islam itu ditafsirkan orang-orang sesuai zaman dan tempatnya. Islam di arab itu tentu nuansanya berbeda dengan yang di sini.

Oya ngomong-ngomong masalah bid’ah, sebenarnya temanmu itu ngga salah. Tapi mungkin pemahamannya kurang benar. Inti agama itu memang ngga boleh berubah. Intinya kan ada rukun Islam sama rukun iman. Kalau masalah yang lain itu ya tambahan-tambahan aja. Terantung budaya sekitar.

Contohnya kalau dulu nabi itu ngga ada ceritanya mudik terus sungkem-sungkeman alau pas Idul Fitri. Tapi orang Indonesia kan begitu. Tidak ada masalah, kan tidak merusak rukun iman dan rukun Islam tadi.” jawabnya panjang.

“Pak, kalau di Islam sendiri kan ada beberapa madzhab, jujur saja pak, saya ini masih bingung. Mana yang paling benar pak?”

“Kamu harus pahami dulu, kalau yang paling benar itu hanya Tuhan, Allah SWT. Jadi semua itu bisa benar bisa salah. Nah, jadi mau apapun yang kamu yakini sekarang, itu juga bisa benar atau juga salah. Percaya atau tidak? Coba kamu kalau pakai madzhab syafii kan kalau laki-laki itu menyentuh perempuan maka batal kan? Coba kamu sekarang di Arab pas haji. Di sana itu laki perempuan tumplek-blek adi satu. Bersentuhan itu sudah tidak bisa dihindari. Jadi kalau tetap ngeyel harus wudlu, kamu kehabisan waktu. Nah, akhirnya ya bisa beralih ke madzab lain. Jadi fleksibel saja. Beragama itu ngga usah susah-susah. Ambil mana yang lebih mudah dan membuat kita nyaman.”

“Oh..gitu pak”

“Lha ya gitu, orang itu beragama biar dekat sama tuhan. Kalau terus menyusahkan diri dan menyalahkan orang lain kapan mendekatnya. Sedikit-sedikit salah, sedikit-sedikit bilang orang bid’ah. sedikit sedikit menuduh orang lain kafir.

Di dunia ini memang bermacam-macam. Jadi yang harus kamu lakukan teruslah belajar. Terus saling menghargai. Kebenaran di dunia itu relatif, jadi mungkin sekarang benar tapi nanti salah. Yang paling benar itu cuma Tuhan”

“Terus pak, kalau ada teman saya yang bilang bid’ah-bid’ah gitu?”

“Kalau mau diajak dialog ya dialog. Kalau memang tetep ngeyel ya sudah. Tidak usah diladeni. Namanya juga dunia, berbeda itu lumrah. Yang penting kamu itu menghargai mereka.”

“Oya pak, katanya saya bisa masuk neraka..”

“Halah, surga neraka itu urusan Allah, biar diurus sama Allah, kita ngga usah susah mikir itu, yang penting ibadah sungguh-sungguh saja.”

0 komentar: