THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Selasa, 29 Desember 2009

hujan di bulan desember

Bulan ini adalah bulan Desember. Artinya, musim hujan sudah datang. Dulu aku begitu menikmati hujan, bahkan selalu tersenyum ketika hujan. Setelah musim hujan dua tahun yang lalu, aku semakin mencintai hujan. Aku suka melihat hujan di dekat jendela, indah ketika hujan itu telah sampai di bumi. Tapi hujan tahun ini tidak akan pernah sama dengan musim hujan di tahun - tahun sebelumnya, karena hujan ini adalah hujan pertama di awal Desember setelah semuanya terjadi dan berakhir. Aku tidak ingin melihat hujan lagi.
***
Dua tahun yang lalu, tepatnya di bulan Desember, aku menghadiri reuni SMA di Aula sekolahku.Reuni SMA di sekolahku adalah sama dengan mengingat ketika aku mencintai seseorang di sini. Cinta pertamaku. Dia adalah kakak kelasku waktu SMA. Setelah lulus dari SMA, dia melanjutkan kuliahnya di Bandung, karena kebetulan dia mendapatkan beasiswa dari tim basketnya. Cukup lama aku menyimpan perasaan ini, sejak aku mengenalnya sebagai kakak kelasku, sampai dia lulus pun aku masih menyimpannya.
Aku tidak berani menyampaikannya.
Aku tidak menyangka akan bertemu dengan sosok yang dari dulu aku tunggu, karena aku kira dia masih di Bandung.
Mataku tak henti – hentinya memandang kea rah sosok itu. Farel. Dulu masih seperti yang dulu. Masih seperti tiga tahun yang lalu, sewaktu dia masih menjadi kakak kelasku.
“Wow, tetep ya yang dilihat yang tinggi.” Goda Uni, sahabatku yang juga baru aku temui di reuni itu.
“yang tinggi?? Siapa?” elakku.
“Bohong, mata kamu itu dari tadi ke si farel terus tahu! Tidak usah mencoba berbohong, aku mengenalmu sayang.”
“Iya, hmmm, Ni, dia tidak berubah. Dia tetap Farel yang dulu.” Aku mulai terbawa suasana.
“farel yang dulu kamu puja, Farel yang kamu cinta, Farel yang kamu tunggu, Farel yang selalu kamu tangisi, Farel yang selalu terlihat sempurna..” Uni memperjelas kata – kataku.
“Kenapa kamu lebih tahu daripada aku, Uni? Ha ha ha, hebat!”
Ketika aku dan Uni sedang asyik membicarakan sosok laki – laki sempurna itu, tiba – tiba mata itu menatap ke arahku. Aku sedikit kaget dan salah tingkah. Ini pertama kalinya aku merasakan ini setelah beberapa tahun dia pergi.
Rasa ini tetap ada.
“Tunggu di sini ya, Sya.” Kata Uni. Kemudian dia pergi dan aku tidak begitu memperhatikan kemana Uni melangkah.
Aku melanjutkan perbincanganku dengan teman – teman lamaku yang lain. Untuk melepas rasa rinduku denganmereka.
Ada sms masuk dari hapeku. Aku membukanya “Ke depan ruang guru dong, Sya, aku di sini.” Ternyata sms dari Uni.
Aku melangkah ke arah ruang guru yang tidka begitu jauh dari Aula.
Aku menemukan Uni berdiri di depan pintu.
“Sangat cepat kamu sampainya, Sya, hebat.”
“Kenapa kamu minta aku ke sini? Di sini sepi.” Aku sedikit takut karena memang di depan ruang guru sepi. Apalagi lampunya tidak seterang di ruang lain.
“Ada seseorang yang ingin bicara sama kamu.” Kata Uni sambil menarik tangan seseorang dari balik pintu ruang guru.
Aku sangat kaget ketika yang keluar adalah Farel. Dia tersenyum. Aku ingat pernah melihat senyum itu ketika tidak sengaja dulu aku menghalangi jalannya. Senyumnya tetap membuat hatiku bergetar.
“Kalian harus bicara, jangan terlalu lama lagi semua ini tertunda. Cukup waktu tiga tahun terbuang percuma, dan sekarang saatnya kalian ucapkan yang hati kalian bicarakan. Jangan jadi orang munafik.” Kata Uni sambil menarik farel berdiri teapt di depanku.
Aku malu. Aku tidak mampu mengucapkan apapun.
“Ni, boleh aku pinjam sahabat terbaikmu?” Tanya Farel.
“pasti. Jangan lukai sahabatku ya, Tasya ini adalah manusia langka yang ada di dunia. Ha ha ha ha. Aku tinggal kalian di sini ya? GUnakan waktu dengan baik ya? Kesempatan kedua tidak akan dating.” Pesan Uni, kemudian dia melangkah menuju Aula lagi.
Sekarang hanya ada aku dan Farel di depan ruang guru.
“Sya, boleh aku tanya sesuatu?” Tanya Farel dengan pelan.
Aku mencoba untuk menjawab tanpa gemetar “Iya.”
“Apa kamu dulu yang selalu menungguku selesai latihan basket di lapangan kan? Kamu dulu yang selalu menungguku di mushola setiap kamu selesai solat? Kamu dulu yang selalu member aku semangat ketika ada pertandingan basket di sekolah atau di manapun? Kamu dulu yang menghalagi jalanku? Kamu selalu yang tersenyum ketika tidka sengaja aku juga memandang kamu? Kamu dulu yang menangis ketika aku ada perpisahan kelas di sekolah?? Itu semua kamu?”
Aku tidak tahu kalau aku menangis. Farel melihat air mataku, dia mencoba menghapusnya.
“Aku sayang kamu, Sya. Aku sayang kamu sejak aku masih menjadi kakak kelas kamu, Aku sayang kamu ketika aku menyadari ada seseorang yang selalu memberi cintanya untukku.” Ucap farel dengan pelan sambil memegang tanganku. Aku bisa merasakan tangan Farel yang dingin.
Aku kaget. Aku semakin menangis.
“kamu bohong, Rel!” ucapku sambil melepas tangan farel.
“Benar kata Uni, aku tidka ingin menjadi orang yang munafik. Aku ingin mengatakan semua ini sebelum semuanya terlambat. Aku mencintaimu dengan semua yang aku miliki. Aku mencintaimu dengan semua yang kamu miliki.”
***
Itu kata – kata terindah pertama yang aku dnegar dari afrel. Setelah itu aku selalu dan mendapatkan lebih bnayak lagi kata – kata indah dari AFrel. Dia menajdi milikku. Aku tidka tahu siapa yang lebih dulu mencintai, atau siapa yang lebih lama mencintai, yang aku tahu dia sekarang adalah milikku. Aku memiliki hari yang indah bersama cinta yang sejati.
Tapi ternyata Tuhan memiliki rencana lain untukku dan untuk Farel. Waktu itu, tepat awal musim hujan, 1 tahun aku memiliki Farel dengan semua kebahagiaanku. Desember. Farel mengikuti pertandingan tingkat nasional di Semarang, ini pertandingan yang dia tunggu karena dia telah mempersiapkan semua ini cukup lama. Aku tetap memberikan dukunganku untuk Farel.
“Sayang, dukung aku ya? Aku akan segera member kabar kamu kalau aku menang. Pasti.” Kata Farel di telpon.
“Iya, jangan hanya kalau menang dikabarin, menang atau kalah harus kabari aku ya, Sayang. Aku sayang kamu.”
“Iya aku juga sayang kamu. Aku mau siap – siap dulu ya? Sepertinya pertandingan dimulai sebentar lagi.”
“Ok, sayang, hati – hati, semangaaaat!” kataku sambil member kecupan lewat telpon. Kemudia telpon ditutup.
Aku berdoa semoga semuanya berjalan dengan baik.
Sore hari, hujan turun begitu derasnya. Aku sedikit takut karena aku di rumah sendirian. Aku mencoba menghubungi Farel, mungkin dia sudah selesai bertanding. Ternyata telpon tidka diangkat.
“Tuhan, semoga tidka terjadi apa – apa. Tolong hentikan hujannya Ya Allah, kalau memang Kamu menginginkan turunnya hujan, jangan terlalu deras. Aku takut.” Doaku.
Hampir pukul Sembilan malam, hujan belum berhenti. Aku menunggu kabar tentang pertandingan dari Farel di ruang tamu dekat jendela. Aku melihat air hujan turun begitu derasnya. Aku merasakan ada sesuatu yang belum pernah aku rasakan ketika melihat hujan. Tidak seperti biasa.
Tiba – tiba handphoneku berbunyi. Ada nomor asing yang terlihat di layarku.
“Halo?” sapaku.
“Halo, benar ini Tasya Renata pacarnya Farel Hutama??” Tanya laki – laki di seberang.
“Iya, itu saya.”
“Saya temannya Farel. Saya Cuma mau ngasih kabar kalau Farel kecelakaan waktu pulang dari GOR, Dia meninggal.”
Apa???? Dia bicara apa?? Apa yang dia katakana??? Farel meninggal?? Tidak! Dia bohong! Awas nanti kalau Farel dating, aku akan bilang pada Farel dan dia pasti akan marah.
“Halo? Kamu masih di situ??” Tanya orang itu lagi.
“Pembohong!!” kataku sambil menutup telpon.
Aku marah. Cara dia bercanda seperti orang yang tidak pernah sekolah! Tidak pantas dia mengatakan Farel meninggal. Aku akan menunggu Farel sampai datang, kemudian aku akan bilang pada Farel kalau temannya itu pembohong!
Aku akan menunggu Farel. Dia bilang setelah selesai pertandingan dia akan memberi aku kabar menang atau kalah. Dia pasti datang. Aku menunngu Farel di dekat jendela sambil melihat hujan yang telah berganti menjadi gerimis. Aku tidak akan percaya dengan kata – kata temannya Farel itu. Farelku pasti datang. Sebentar lagi. Farel akan datang denag berita bahagianya, dengan kemenangannya. Farel pasti datang.
***
Ini Desember pertama setelah semuany terjadi. Setelah Farel tidak pernah datang. Setelah FArel tidak pernah member kabar tentang pertandingannya. Tepat satu tahun aku sendiri, tanpa Farel, tanpa cinta sejatiku. Aku yang dulu pernah bahagia karena hujan, bahagia karena Desember. Tapi tidak setelah Fare; pergi. Tidka setelah Farel meninggalkan aku yang selalu menunggunya.
Aku tidak akan pernah melihat hujan di dekat jendela. Aku tidak akan pernah berharap hujan akan berhenti. Hujan hanya sebuah air mata.Hujan adalah awal kesedihanku. Di awal Desember aku mendapatkan cintaku, di awal Desember aku kehilangan cintaku, dan di awal Desember ini aku sendiri.
Farel.. aku selalu menunggumu..
Meskipun kamu tidak akan pernah datang..
Tetap mencintaimu dengan semua yang kamu miliki.
Semoga bahagia dimanapun tempatmu sekarang.

0 komentar: