THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Sabtu, 09 Januari 2010

hari yg lalu

Waktu ini, penuh lamunan. Langit cerah, tetapi hujan deras. Sepertinya
langit sedang menangis. Menangis untuk mengenangmu, Cinta. Hari ini genap 7
x 365 hari yang lalu aku mengenalmu. Waktu terasa berlalu begitu cepat. Tak
terasa usai sudah sesuatu yang kita sebut ‘hidup’. Karena ternyata waktu tak
menunggu.

Rasanya seperti mimpi. Aku masih mendengar tawamu yang ceria ketika kita
berlari kecil menelusuri bilik satu ke bilik di rumah sakit itu. Aku masih
mendengar suara banggamu karena tubuhmu mulai menggemuk. Masih tertawa
karena leluconmu tentang kepala ku yang dicukur botak. Masih melihatmu
berdandan, dan memakai eyeshadow itu.

Rasanya baru kemarin aku memeluk tubuhmu yang kecil. Baru kemarin engkau
menyuruhku untuk menjaga kesehatan. Baru kemarin engkau mengucapkan kata
‘Selamat ulang tahun’. Rasanya seperti mimpi. Kini telah kau pergi. Dan tak
mungkin kembali.

Banyak pertama kali yang kulakukan denganmu. Banyak yang telah kau beri
dalam hidupku. Kau mengajarkan aku kekuatan, mengajarkan aku untuk tak
pernah menyerah. dan memberikan aku pengertan tentang mimpi-mimpi kita.

Lucu. Karena rasanya baru kemarin engkau menampar pipiku hingga merah. Dan
keluar aroma cinta dari hatiku yang lebam-lebam. Rasanya baru kemarin kau
mengecup keningku, dan mengatakan betapa engkau mencintaiku.

Aku masih ingat betul, Sayang. Saat kau mencaci-maki aku. Kata-kata itu
masih terekam jelas di otakku. Yang membuatku bertanya-tanya, mengapa katamu
kau mencintaiku. Yang membuatku semakin ragu akan yang kau sebut dengan
cinta.

Dan teringat ketika akhir itu mereka bertanya, ‘mengapa? Mengapa harus
engkau?!’ Tapi aku tahu pasti jawabannya, karena Tuhan pasti begitu
mencintai mu.

Kau mengeluh sakit, tapi kau tetap tertawa. Kau terus berjuang melawan
penyakit yang melanda tubuhmu yang mungil itu. Di kala deritamu engkau masih
mengingat aku. Dan kau tak lupa pada satupun keluargamu. Kau berjuang. Kau
kuat. Kau tidak kalah, Sayang, kau tidak kalah pada penyakit itu. Tapi Tuhan
punya rencana lain. Rencana yang tak dapat dimengerti nalar manusia, tetapi
pasti yang terbaik untukmu.

Tahukah kamu, siapa yang setiap malam mendoakan engkau dan kesehatanmu?
Siapa yang setiap malam menaruh secarik kertas harapan mimpi indah di balik
bantalmu? Siapa yang setiap malam menenangkan engkau dari racauan-igauanmu
yang nampak sangat meresahkan itu? Itu aku.

Aku melihatmu terkulai di sana, 7 x 365 hari yang lalu dengan nafas yang
parau Semua menangis melihatmu, semua prihatin. Tapi mereka tahu kau tidak
kalah melawan penyakit. Mereka tahu betapa kuatnya engkau. Mereka tahu
betapa indahnya hidupmu. Mereka tahu kau tidak lagi menderita, dan betapa
bahagianya dirmu cinta, Mereka tahu hidupmu selalu dipenuhi oleh kebaikan,
Sayang. Jadi tak ada yang perlu disesali. dan ditangisi hanya doa-doa yang
keluar dari mulut mereka

Hari itu, adalah yang terakhir kalinya aku melihatmu. Setelah sekian lama
aku menunggu untuk dapat menatap dirimu. Engkau tertidur, di sana, dan
wajahmu bagai tersenyum. Aku menjemputmu, Sayang. Berharap kau akan
melihatku kembali, setelah bertahun-tahun lamanya engkau buang pandanganmu
sejauh mungkin dari seonggok hati berisi cinta padamu ini.

Di atas peti wajahmu begitu damai, kau meninggalkan kita. Tapi kenangan
tentangmu selalu ada. Hingga akhir jaman. Kenangan yang kau tinggalkan tak
pernah sia-sia.

Maka lonceng waktu itu berbunyi 7 x 365 hari yang lalu, dan saatnya untuk
pergi. Permintaan terakhirku dikabulkan sudah. Dan saatnya untukmu kembali
di sisinya.

Maaf, Sayang, tapi kali ini tak lagi aku menemani. Karena aku tak bisa
membantumu menemanimu ke taman-taman syurga yang telah di janjikan Allah
SWT. Karena tubuhku kini berat, setelah sekian lama kau beri aku dengan
beribu kata-kata Cinta. Maafkan aku, Sayang. Ini adalah pertama kalinya aku
meninggalkanmu, melupakan arti cintaku padamu. ini tak perlu lagi ditangisi.
Tak perlu lagi kami kuatir. Kau tak akan pernah mengeluh sakit lagi. Tak
perlu memakan semua sayur-sayuran tanpa rasa yang selalu kau makan setiap
hari.

Karena kini Tuhan menjagamu, menjadi sahabatmu, menggantikan kami. Kini
engkau telah bertemu dengan pendahulu-pendahulumu, dan bercanda bersama
mereka di alam sana. saat ku sholat jenazah, aku menitikkan air mata duka.
Bukan duka lazimnya terhadap yang meninggal dunia, namun duka terhadap
diriku sendiri yang fana. dan doaku
"Allahumma anta rabbi Laa ilaaha illa anta khalaqtani Wa anaa abduka wa anaa
alaa 'ahdika Wawa'dika mastatho'tu Abuu ulaka bi ni'mati alayya wa abuu
bidzanbin"
"FAGHFIRLIII FAINNAHU LAA YAGHFIRUDZDZUNUUBA ILLAA ANTA "

(Ya Allah, engkaulah Rabb ku Tiada ilah melainkan Engkau, yang telah
menciptakanku Dan aku hanyalah hambaMu, yang terikat janji denganMu Kan
kupenuhi janji itu semampuku Kuakui segala nikmatMu padaku, dan kuakui pula
segala dosaku"
UNTUK ITU AMPUNILAH DAKU ...KARENA TIADALAH YANG MAMPU MENGAMPUNI DOSA
MELAINKAN ENGKAU)

sudah dan akan selalu ku titipkan doaku setiap ku bersimpuh kepada-Nya agar
engkau selalu berbahagia, berada di sisi-Nya. ya kekasihku, tidurlah
disisinya untuk selamanya kekasihku yang tercinta.

0 komentar: