THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Minggu, 10 Januari 2010

ketika salju mencair

(Dimuat di Banjarmasin Post tanggal 21 Desember 2008)Dua tahun telah berlalu. Telepon dari Oliver mulai jarang, janji chatting pun sering tak ditepati olehnya. Setiap kali Brenda memeriksa mailboxnya, tak ada satupun e-mail yang masuk.Brenda menggeleng sedih. Olli..Olli, sebegitu sibuknya kah kamu sehingga tak punya waktu lagi untuk mengirimkan kabar untukku? Malam itu Brenda memberanikan diri untuk berbicara dengan ayahnya tentang apa yang terjadi antara ia dan Oliver. Setelah meyakinkan bahwa dia akan baik-baik saja di negeri orang, dan takkan menemui kesulitan berkomunikasi dalam bahasa Jerman, akhirnya Papa memberi izin pada liburan akhir tahun.Desember di Jerman tahun ini sangat dingin. Temperatur udara menunjukkan suhu 3 derajat Celcius. Tapi Brenda sudah tak sabar untuk bertemu dengan Oliver. Dennis, putra Mr. Hedderich, sahabat Papa Brenda, tempat ia menginap, berjanji untuk mengantarnya mencari alamat apartemen tempat Oliver tinggal.Namun berikutnya Brenda terduduk lemas. Dia kecewa, ternyata Oliver sudah lama pindah dari sana tanpa memberikan alamat tempat tinggalnya yang baru.Tepukkan lembut di bahunya menyadarkan Brenda dari lamunan. Cowok pirang bermata biru itu menatapnya sambil tersenyum. "Jangan khawatir, kita akan menemukannya." ujar Dennis menghibur.Tujuan mereka berikutnya adalah Humboldt University of Berlin. Terletak di pusat kota, universitas yang berdiri sejak tahun 1810 tersebut merupakan universitas tua nan megah dan unik.Setelah bertanya kesana kemari, akhirnya mereka menemukan informasi mengenai Oliver. Maka mereka segera saja meluncur menuju alamat yang dimaksud.Apartemen yang mereka jumpai kondisinya bertolak belakang dengan apartemen yang mereka datangi sebelumnya. Kondisinya sungguh memprihatinkan.Brenda mengetuk pintu. Sekali..dua kali..tiga kali. Sama sekali tak ada jawaban. Setengah jam menunggu, akhirnya seorang pria berjalan ke arah mereka. Dia menatap Brenda dan Dennis dengan penuh tanda tanya."Kami mencari penghuni apartemen ini." Dennis membuka suara."Saya tinggal di sini, kalian mencari siapa ya?""Oliver Kurniawan, mahasiswa dari Indonesia. Apa kau kenal dia?""Ohh..ya..ya..Oliver. Dia teman sekamarku. Kami mengambil jurusan yang sama di Humboldt University. Tapi ku rasa kalian takkan bisa menemukannya di sini."German Heart Institute Berlin atau lebih dikenal dengan nama Deutches Herzzentrum Berlin adalah sebuah rumah sakit khusus untuk pengobatan para penderita penyakit jantung, yang reputasinya telah terkenal ke seluruh penjuru dunia.Brenda tak pernah membayangkan akan bertemu kekasihnya dalam kondisi seperti ini. Dia menatap Oliver dengan sayang dan rasa rindu yang mendalam. Kekasihnya itu sekarang tampak kurus, namun wajahnya semakin tampan dan dewasa. kemudian tatapannya tertumbuk pada gadis Jerman yang berdiri di samping ranjang Oliver. Gadis itu menatap heran padanya, setelah berbicara sebentar dengan Oliver, dia keluar kamar.Oliver sangat terkejut melihat Brenda. Dia sama sekali tak menyangka akan pertemuan tersebut. "Duduklah di sampingku, aku akan menceritakan segalanya." ujar Oliver.Tahun pertama kuliah di Jerman berjalan dengan lancar, namun di awal tahun kedua bisnis orang tua Oliver mengalami kebangkrutan akibat ditipu rekan bisnisnya. Kehidupan Oliver yang biasanya serba berkecukupan berubah 180 derajat. Dia harus pindah ke apartemen yang sederhana.Dia juga harus bekerja keras untuk mendapatkan penghasilan sendiri agar dapat membiayai hidupnya selama kuliah di Jerman. Sebab meskipun mendapat beasiswa, namun biaya hidup di kota Berlin sangatlah mahal. Kedua orangtuanya memintanya kembali ke Indonesia, namun Oliver bersikeras untuk menyelesaikan kuliahnya yang tinggal dua tahun lagi.Masalah semakin bertambah karena beberapa bulan kemudian Oliver mengalami masalah serius dengan jantungnya. Dia diharuskan melakukan transplantasi jantung apabila ingin bertahan hidup."Aku sama sekali tak punya biaya untuk mengobati penyakitku ini. Hilda banyak membantuku, ayahnya dokter terbaik di rumah sakit ini. Dia yang membiayai pengobatanku dan akan mencarikan donor jantung untukku. Tapi aku harus bertunangan dengan putrinya." cerita Oliver lirih."Kenapa kamu tidak menceritakan ini? Papa pasti mau membantumu.""Aku tidak ingin kamu melihatku seperti ini, tidak ingin menyusahkanmu. Pulanglah, Brenda. Kamu gadis yang baik dan cantik, jalanmu masih panjang.""Aku mencintaimu, Olli. Aku takkan bisa hidup tanpamu.""Pulanglah, aku bukan Olli-mu yang dulu lagi.""Jangan perlakukan aku seperti ini, Olli. Aku melintasi samudera hanya untuk bertemu kamu. Tolak saja pertunangan itu, kita bisa mencari dokter lain yang lebih baik, aku akan minta Papa membantu.""Sudah terlambat, aku sudah bertunangan dengannya, Brenda. Pulanglah, ku mohon, aku sudah letih."Oliver membuang pandangan ke arah jendela.Aku mencintaimu, Olli. Aku akan selalu mencintaimu sebagaimana padang rumput yang luas mencintai musim bunga. Jangan lupakan aku ya, Olli.Gadis itu berdiri, lalu meninggalkan ruangan tempat Oliver masih duduk mematung dengan pandangan tetap ke arah jendela, dia tidak ingin Brenda melihat, air mata mengalir deras membasahi wajahnya.Dua tahun kemudian..."Bukankah kamu yang dulu mengantar Brenda menemuiku? Kenapa kau ingin bertemu denganku?""Bagaimana kabarmu setelah melakukan transplantasi jantung? Apakah tak ada masalah?""Aku sangat baik dan sehat. Dokter bilang pasien yang melakukan transplantasi jantung berpeluang hidup sepuluh sampai lima belas tahun. Bahkan ada yang sampai tiga puluh tahun.""Syukurlah. Bagaimana kabar tunanganmu?""Dia sudah meninggal setahun yang lalu. Kanker otak.""Maaf...""Apakah kau ingin menemuiku karena Brenda? Bagaimana kabarnya? Apa dia baik-baik saja? Selama di Indonesia, apa kau sering menghubunginya?"Dennis tersenyum getir."Olli, ku rasa kini saatnya kau mengetahui segalanya."Diserahkannya sepucuk surat pada Oliver.Oliver kekasihku,Pada saat kau membaca suratku ini, aku yakin kau telah menggapai harapan dan mimpi-mimpimu. Meskipun aku tak dapat memilikkimu, tak dapat hidup bersamamu, tapi biarkanlah aku hidup dalam dirimu. Agar dapat ku rasakan kebahagiaan yang kau rasakan, agar ku dapat memandang fajar harapan melalui matamu, dan mendampingimu di sepanjang sisa hidupmu. Jangan biarkan kematian memisahkan kita, namun biarlah dia yang mempersatukan dua orang yang saling mencintai melalui kematian dan kehidupan. Biarkanlah jantungku berdetak untukmu, agar ku selalu ada di hatimu untuk selamanya.Aku selalu mencintaimu, BrendaOliver tak mampu berkata-kata, air matanya mengalir deras. Ingin rasanya ia berteriak keras-keras agar Brenda kembali ke sisinya. Namun tak ada gunanya, Brenda takkan bisa kembali. Yang tertinggal hanyalah kenangan tentangnya dan jantungnya dalam raga kekasihnya.Brenda telah mendonorkan jantungnya untuk Oliver, pria yang teramat sangat dicintainya. Pria yang baginya adalah hidupnya, jiwa dan raganya selama ini.Hari itu, salju pertama di musim dingin mulai turun, perlahan butirannya jatuh ke bumi, mencair bersama air mata Oliver.

0 komentar: